Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tembus Rp15.000, Depresiasi Rupiah Diperkirakan Berlanjut

Posisi rupiah terjepit karena dikepung sentimen negatif, baik dari luar negeri maupun dalam negeri. Perlu gebrakan untuk mengembalikan kepercayaan pelaku pasar.
Karyawan menghitung uang dollar AS di salah satu tempat penukaran uang di Jakarta, Senin (11/3/2019). Bisnis/Nurul Hidayat
Karyawan menghitung uang dollar AS di salah satu tempat penukaran uang di Jakarta, Senin (11/3/2019). Bisnis/Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA - Nilai tukar rupiah diperkirakan akan merangkak hingga mencapai level Rp16.000 dolar AS. Aksi investor yang terus melikuidasi semua aset berisiko dan membeli dolar AS semakin menjadi-jadi hingga menekan rupiah jatuh ke level terendahnya sejak krisis keuangan Juni 1998.

Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Kamis (19/3/2020) rupiah parkir di level Rp15.913 per dolar AS, melemah 4,3 persen atau 690 poin. Level pada perdagangan kali ini menjadi level terendah dalam 22 tahun terakhir dan kinerja harian terburuk rupiah sejak Agustus 2013.

Sepanjang tahun berjalan 2020, rupiah telah terkoreksi 12,86 persen, menjadi kinerja terburuk di antara mata uang Asia setelah won yang melemah 10,1 persen.

Sementara itu, kurs jisdor Bank Indonesia rupiah berada di level Rp15.712 per dolar AS, melemah 3,2 persen dibandingkan kurs pada perdagangan sebelumnya Rabu (18/3/2020) di level Rp15.223 per dolar AS.

Adapun, indeks dolar AS yang mengukur kekuatan greenback di hadapan sekeranjang mata uang utama bergerak menguat 0,41 persen ke level 101,57, menjadi level tertinggi sejak Maret 2017.

Kepala Riset dan Edukasi Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan bahwa kekhawatiran pasar masih tinggi terhadap prospek perlambatan ekonomi di tengah penyebaran virus corona atau Covid-19. Selama penyebaran masih meningkat dan lockdown masih terjadi, aktivitas ekonomi akan terganggu dan melambat.

“Pasar masih belum melihat stimulus yang ada sekarang bisa membantu memulihkan keadaan dengan cepat,” ujar Ariston saat dihubungi Bisnis, Kamis (19/3/2020).

Terbaru, Bank Indonesia kembali memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 4,5 persen. Dia mengatakan bahwa rupiah berpotensi melanjutkan pelemahan dan menguji level terendah pada 1998 di kisaran Rp16.850 per dolar AS.

Analis Capital Futures Wahyu Laksono mengatakan pelemahan rupiah yang menguji level psikologis terbaru Rp16.000 per dolar AS sangat wajar terjadi dalam kondisi pasar saat ini.

Semua pasar global, mulai dari aset berisiko hingga emas yang dinilai sebagai safe haven, tengah dibayangi aksi jual besar-besaran karena pasar melikuidasi aset investasi untuk mencari dolar AS lebih banyak. Akibatnya, dia menilai rupiah untuk menyentuh Rp18.000 per dolar AS sangat memungkinkan jika penyebaran virus corona atau Covid-19 tidak terbendung.

“Tapi itu tidak akan selamanya, dolar AS nantinya pun akan mencari balancing saat krisis likuiditas mereda dan isu beralih kepada resesi dan respon moneter oleh The Fed, jika sudah masuk tahapan ini, dolar AS tidak mungkin boleh menguat terus,” jelas Wahyu saat dihubungi Bisnis, Kamis (19/3/2020).

Pada saat itulah, lanjut Wahyu, investor akan menilai kembali pasar mana yang akan menjadi tempat terbaik untuk mendulang keuntungan setelah pasar bergejolak. Jika Indonesia berhasil memposisikan diri sebagai tempat yang menarik untuk dikunjungi investor, rupiah akan cepat pulih dan diperdagangkan sesuai dengan nilai fundamentalnya.

Cegah Pelarian Modal

Sementara itu, Pengamat Pasar Mata Uang Farial Anwar mengatakan bahwa langkah yang diambil oleh Bank Indonesia dengan memperkuat intensitas kebijakan triple intervention sudah cukup baik. Namun hal itu tidak dapat membendung tekanan global.

Dia mengatakan saat ini yang paling sulit dijaga adalah untuk mencegah investor asing keluar dari pasar Indonesia. Pasar Indonesia selalu dinilai sebagai pasar yang menarik karena  tingkat suku bunga yang cukup jauh dari dolar AS, inflasi yang cenderung stabil, dan pertumbuhan ekonomi yang cukup baik sehingga imbal hasil yang didapatkan bisa lebih besar walaupun resiko tinggi.

Namun, dalam keadaan saat ini, di tengah banyak ketidakpastian,pasar asing akan menjauhi rupiah dan mendekati aset safe haven dolar AS.

“Itulah yang cukup sulit bagi Indonesia di tengah rezim devisa bebas, dana asing dapat keluar dan masuk dengan mudah sehingga ketika dana asing keluar kita cukup panik,” jelasnya kepada Bisnis, Kamis (19/3/2020).

Dia mengatakan, pasar harus diperlukan langkah pengendalian capital inflow dengan menahan dana asing yang masuk setidaknya satu hingga dua bulan agar dapat membatasi keluarnya dana asing berbondong-bondong.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Finna U. Ulfah
Editor : Rivki Maulana
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper