Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Wall Street Tertekan di Awal Perdagangan, Dow Jones Anjlok 3 Persen Lebih

Tekanan yang dialami bursa Amerika Serikat (AS) berlanjut pada awal perdagangan hari ini, Kamis (19/3/2020), di tengah bertahannya kekhawatiran investor soal dampak wabah penyakit virus corona (Covid-19).
Pedagang bekerja di lantai bursa New York Stock Exchange./ Michael Nagle - Bloomberg
Pedagang bekerja di lantai bursa New York Stock Exchange./ Michael Nagle - Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Tekanan yang dialami bursa Amerika Serikat (AS) berlanjut pada awal perdagangan hari ini, Kamis (19/3/2020), di tengah bertahannya kekhawatiran investor soal dampak wabah penyakit virus corona (Covid-19).

Berdasarkan data Bloomberg, indeks Standard & Poor’s 500 melemah 0,47 persen atau 11,28 poin ke level 2.386,82 pada pukul 20.31 WIB. 

Sementara itu, indeks Dow Jones Industrial Average terpantau anjlok 3,28 persen atau 652,29 poin ke level 19.246,63 dan indeks Nasdaq Composite merosot 1,53 persen atau 106,86 poin ke posisi 6.882.99.

Ketiga indeks saham utama AS tersebut melanjutkan pelemahannya setelah masing-masing berakhir di zona merah pada perdagangan Rabu (18/3/2020).

Indeks S&P 500 ditutup anjlok 5,18 persen ke level 2.398,10, Dow Jones Industrial Average tersungkur 6,3 persen menjadi 19.898,92, dan Nasdaq berakhir turun tajam 4,70 persen ke level 6.989,84.

Dow Jones bahkan sempat menghapus semua kenaikan yang dibukukan sejak Presiden Donald Trump mulai menjabat dengan turun lebih dari 7 persen sebelum mampu sedikit bertenaga pada akhir perdagangan dan ditutup di level terendahnya sejak Februari 2017.

Pada Rabu, Trump menandatangani rancangan undang-undang (RUU) paket bantuan, yang telah disetujui sebelumnya oleh Senat, untuk menjamin cuti sakit dan mendukung para pekerja yang jatuh sakit.

Sementara itu, European Central Bank (ECB) meluncurkan program pembelian obligasi darurat senilai 750 miliar euro atau US$820 miliar sebagai bagian dari upaya menenangkan pasar dan melindungi ekonomi kawasan euro yang berjuang mengatasi dampak virus corona.

Meski demikian, investor tetap bergulat dengan ketidakpastian tentang seberapa buruknya ekonomi terpukul, berapa banyak laba perusahaan yang akan dihasilkan, dan berapa banyak perusahaan yang bangkrut karena krisis uang tunai (cash crunch).

“Kekacauan ini menciptakan 'cash crunch', yang menempatkan tekanan pada lembaga-lembaga keuangan,” ujar Jackson Wong dari Amber Hill Capital di Hong Kong.

"Itu sebabnya pasar keuangan berkinerja sangat buruk,” sambungnya, dilansir dari Bloomberg.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper