Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Minyak Mentah Anjlok di Tengah Lonjakan Kekhawatiran Resesi Global

Minyak West Texas Intermediate untuk kontrak April ditutup anjlok 6,1 persen atau 1,75 poin ke level US$26,95 per barel di New York Mercantile Exchange (NYMEX).
Api menguar dari pipa di kilang minyak di Kalimantan, Indonesia./Bloomberg-Dimas Ardian
Api menguar dari pipa di kilang minyak di Kalimantan, Indonesia./Bloomberg-Dimas Ardian

Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah turun semakin dalam ke level terendah sejak 2016 karena virus corona (Covid-19) menekan permintaan bahan bakar pada saat pasokan minyak mentah melonjak.

Minyak West Texas Intermediate untuk kontrak April ditutup anjlok 6,1 persen atau 1,75 poin ke level US$26,95 per barel di New York Mercantile Exchange (NYMEX).

Sementara itu, harga minyak Brent kehilangan 1,32 poin dan berakhir di level US$28,73 per barel di ICE Futures Europe exchange.

Dilansir dari Bloomberg, investor tengah bergulat dengan kemungkinan resesi global yang disebabkan oleh Covid-19. Federal Reserve mengumumkan dimulainya kembali program era krisis keuangan sebagai upaya membendung dampak virus terhadap perekonomian.

Bursa saham AS mampu rebound dari pelemahan terbesar sejak 1987 menyusul rencana stimulus, namun minyak terus anjlok menyusul guncangan pasokan dan permintaan. Arab Saudi berencana untuk meningkatkan produksi hingga 10 juta barel per hari pada bulan April.

Analis riset energi di Raymond James & Associates Inc, Pavel Molchanov, mengatakan tekanan sentimen terhadap minyak ini merupakan gangguan dramatis dan tidak pernah terjadi sebelumnya.

"Penutupan akses sejumlah negara bahkan cukup untuk memicu pasar bearish bagi minyak mentah. Ditambah dengan runtuhnya kesepakatan OPEC+, keduanya menciptakan kombinasi sentimen negatif yang luar biasa. Krisis ini berubah menjadi kejutan terburuk terhadap permintaan global dalam sejarah modern," ungkap Molchanov, seperti dikutip Bloomberg, Selasa (17/3/2020).

Pasar minyak menghadapi gejolak permintaan yang belum pernah terjadi sebelumnya karena pandemi Covid-19 menimbulkan kekacauan perjalanan setelah makin banyak negara memberlakukan lockdown.

Penurunan permintaan bertepatan dengan membanjirnya pasokan karena Arab Saudi dan Rusia terlibat dalam perang harga. Ketidakstabilan ini telah mendorong Irak untuk meminta OPEC mengadakan pertemuan Komite Pengawasan Menteri Bersama untuk mempertimbangkan langkah-langkah penyeimbangan pasar minyak global.

Guncangan penawaran dan permintaan telah meredupkan prospek Goldman Sachs Group Inc. yang memperkirakan konsumsi minyak turun 8 juta barel per hari dan memangkas perkiraan Brent untuk kuartal kedua menjadi US$20 per barel.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper