Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ya Ampun, Laba Karakatau Steel (KRAS) Terhambat Depresiasi Rupiah?

Direktur Utama Krakatau Steel Silmy Karim mengatakan bahwa sejatinya sampai dengan Februari perseroan telah mencatatkan laba. Namun demikian, dengan adanya pelemahan nilai tukar rupiah, hal ini diprediksi akan memberi dampak negatif.
Menteri BUMN Erick Thohir (kanan) berbincang dengan Direktur Utama PT Krakatau Steel (Persero) Tbk Silmy Karim (kiri) saat Public Expose Krakatau Steel 2020 di Kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Selasa (28/1/2020)./ANTARA - Indrianto Eko Suwarso
Menteri BUMN Erick Thohir (kanan) berbincang dengan Direktur Utama PT Krakatau Steel (Persero) Tbk Silmy Karim (kiri) saat Public Expose Krakatau Steel 2020 di Kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Selasa (28/1/2020)./ANTARA - Indrianto Eko Suwarso

Bisnis.com, JAKARTA – PT Krakatau Steel (Persero) Tbk. memperkirakan pelemahan nilai tukar rupiah yang telah menyentuh kisaran Rp15.000 per dolar AS akan berdampak terhadap kinerja perseroan.

Pada perdagangan Rabu (18/3/2020) rupiah parkir di level Rp15.223 per dolar AS, melemah 0,32 persen atau 50 poin. Level tersebut merupakan level terendah rupiah sejak Oktober 2018. Sepanjang tahun berjalan 2020, rupiah melemah 8,9 persen.

Direktur Utama Krakatau Steel Silmy Karim mengatakan bahwa sejatinya sampai dengan Februari perseroan telah mencatatkan laba. Namun demikian, dengan adanya pelemahan nilai tukar rupiah, hal ini diprediksi akan memberi dampak negatif.

“Depresiasi rupiah tentu akan berdampak, tapi yang terpenting jangan berfluktuasi dengan cepat. Dengan depresiasi ada potensi peningkatan biaya karena bahan baku baja dalam dolar AS,” ujarnya kepada Bisnis.com, Rabu (18/3/2020).

Selain depresiasi, perseroan juga tengah memikirkan langkah antisipasi menghadapi wabah COVID-19 atau virus corona. Pandemi global ini diprediksi akan berimbas pada penurunan permintaan baja di dalam negeri.

Salah satu antisipasi yang dilaukan saat ini adalah memastikan terlebih dahulu seluruh karyawan perseroan terbesar dari virus yang bermula dari Wuhan, China itu. Perseroan juga akan mencari alternatif pasar baru dan mendorong efisiensi.

“Kabarnya pemerintah akan menurunkan harga gas untuk tujun industri menjadi US$6 per MMBTU, hal ini akan membantu kami dalam meningkatkan daya saing. Hal ini penting untuk mengantisipasi penurunan konsumsi akibat penurunan ekonomi karena virus corona,” jelasnya.

Pada tahun ini perseroan tengah berfokus untuk memperbaiki kinerja keuangan dengan menargetkan total earnings before interest, taxes, depreciation, and amortization (EBITDA) sekitar US$120 juta—US$150 juta. Perseroan juga berupaya menurunkan biaya operasi perbulan dari US$18 juta ke US$16,5 juta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper