Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kinerja Media Nusantara Citra (MNCN) Dibayangi Covid-19 dan Depresiasi Rupiah

Secara umum ada tiga faktor yang menurut Mirae Asset Sekuritas bisa menekan kinerja MNCN.
Chairman MNC Group Hary Tanoesoedibjo (tengah) berbincang dengan Direktur PT Global Mediacom Tbk Syafril Nasution (dari kiri), Direktur PT MNC Land Tbk Erwin Richard Andersen, Direktur Utama PT MNC Investama Tbk Darma Putra, dan Direktur PT MNC Investama Tbk Tien, sebelum paparan publik MNC Group, di Jakarta, Selasa (25/6/2019)./Bisnis-Endang Muchtar
Chairman MNC Group Hary Tanoesoedibjo (tengah) berbincang dengan Direktur PT Global Mediacom Tbk Syafril Nasution (dari kiri), Direktur PT MNC Land Tbk Erwin Richard Andersen, Direktur Utama PT MNC Investama Tbk Darma Putra, dan Direktur PT MNC Investama Tbk Tien, sebelum paparan publik MNC Group, di Jakarta, Selasa (25/6/2019)./Bisnis-Endang Muchtar

Bisnis.com, JAKARTA - Penyebaran wabah corona atau Covid-19 dan pelemahan nilai tukar rupiah diprediksi akan menggerus pendapatan PT Media Nusantara Citra Tbk. (MNCN) pada kuartal pertama 2020.

Analis Mirae Asset Sekuritas Christine Natasya mengatakan kendati sepanjang 2019 perseroan mencatatkan hasil yang sesuai ekspektasi, beragam kondisi yang terjadi pada awal tahun ini mengancam pendapatan MNCN.

Christine menyebut ada tiga faktor utama yang membuat MNCN berpotensi kehilangan pendapatan. Pertama, dirinya memandang kenaikan tarif iklan yang akan diberlakukan MNC hanya akan berkontribusi tipis pada pendapatan perseroan.

Kedua, merebaknya wabah Covid-19 dinilai akan menghambat pertumbuhan iklan televisi. Sebab seperti diketahui, kepanikan warga karena wabah membuat konsumsi terhadap beberapa produk terutama barang konsumsi meningkat drastis.

“Masyarakat Indonesia sudah memborong produk-produk pokok, jadi tampaknya perusahaan FMCG [fast moving consumer goods] tidak akan menambah porsi iklan mereka di tv,” katanya dalam riset, seperti dikutip Bisnis, Selasa (17/3/2020)

Christine menyebut kemungkinan besar perusahaan-perusahaan yang biasanya beriklan di televisi akan memangkas bujet promosi mereka dan fokus pada alokasi anggaran rutin seperti gaji karyawan dan biaya operasional gedung.

Ketiga, MNCN berpotensi bakal menanggung rugi akibat selisih nilai tukar valas. Pasalnya, perseroan tercatat memiliki utang jangka kepada bank sindikasi dengan denominasi dolar AS sebesar US$221,2 juta hingga Q1/2020.

“Saat ini kita tahu rupiah sedang terdepresiasi terhadap dolar AS, sehingga ini bakal berdampak ke bottom line MNCN,” tambah Christine.

Dia memproyeksikan setidaknya MNCN akan membukukan kerugian Rp150—200 miliar pada kuartal pertama ini akibat melemahnya nilai tukar.

Maka dari itu, ujar dia, pihaknya memangkas proyeksi pendapatan MNCN pada 2020 ini sebanyak 1 persen, dari yang semula Rp10,24 triliun menjadi Rp10,09 triliun. 

Sejalan dengan itu, proyeksi laba kotor sama laba operasional juga sama-sama dipangkas 1 persen yakni dari yang semula Rp6,35 triliun menjadi Rp6,26 triliun dan Rp3,73 triliun menjadi Rp3,68 triliun.

Adapun laba sebelum pajak dipangkas cukup dalam yakni Rp3,27 triliun dari proyeksi sebelumnya RpRp3,48 triliun. Begitu pula dengan laba bersih direvisi sebanyak 6 persen, dari Rp2,58 triliun menjadi Rp2,42 triliun.

Mirae Asset Sekuritas juga mengubah rekomendasinya terhadap saham MNCN dari yang semula BUY menjadi HOLD dengan target harga di level 970.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Rivki Maulana
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper