Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Investor Respons Kebijakan Bank Sentral, Bursa Asia Melemah

Bursa saham Asia melemah pada perdagangan Senin (16/3/2020) setelah investor merespons tekanan ekonomi yang meningkat dengan cepat dari virus corona serta langkah darurat Federal Reserve yang memangkas suku bunga acuan.
/Bloomberg
/Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Asia melemah pada perdagangan Senin (16/3/2020) setelah investor merespons tekanan ekonomi yang meningkat dengan cepat dari virus corona serta langkah darurat Federal Reserve yang memangkas suku bunga acuan.

Indeks MSCI Asia Pacific di luar Jepang terpantau melemah 4,23 persen atau 24,65 poin ke level 557,26 pada pukul 15.30 WIB. Sementara itu, indeks Topix dan Nikkei 225 Jepang ditutup melemah 2,01 persen dan 2,46 persen.

Di China, indeks Shanghai Composite dan CSI 300 ditutup melemah masing-masing 3,4 persen dan 4,3 persen, sedangkan indeks Hang Seng berakhir melemah 4,03 persen.

Dilansir Bloomberg, pasar dikejutkan oleh langkah The Fed yang memperkuat upaya untuk menstabilkan pasar modal dan likuiditas dengan memangkas suku bunga acuan sebesar 100 basis poin menuju kisaran target 0 – 0,25 persen.

Sementara itu, Bank of Japan memutuskan akan meningkatkan target pembelian bersih exchange traded fund (ETF) ke 12 triliun yen (US$113 miliar) dan berencana akan melakukan pembelian ETF sebesar 6  triliun yen dalam waktu dekat.

Di sisi lain, investor juga bereaksi terhadap kemunduran prospek ekonomi global. Nike Inc. dan Apple Inc. mengumumkan penutupan toko massal, sedangkan Gubernur The Fed Jerome Powell mengatakan pertumbuhan kuartal berikutnya akan melemah.

Investor berjuang untuk mengelola skenario pergeseran cepat setelah banyak perusahaan menutup operasi, negara-negara menutup perbatasan, dan bank sentral merespons dengan langkah kebijakan yang signifikan.

Analis Societe Generale, Jason Daw, mengatakan dalam keadaan normal, respons kebijakan besar seperti ini akan menahan pelemahan aset berisiko dan mendorong pemulihan.

"Namun, ukuran tekanan pertumbuhan menjadi eksponensial dan pasar berhak mempertanyakan apa lagi yang dapat dilakukan pembuat kebijakan dalam mengurangi risiko penurunan yang disebabkan oleh Covid-19," ungkap Daw, seperti dikutip Bloomberg.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper