Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rebound Harga Emas Dinilai Hanya Sesaat, Ini Penyebabnya

Para pemilik emas lebih memilih mencari uang tunai ketimbang emas sehingga harga emas diperkirakan bakal kembali mengalami koreksi
Bongkahan emas./Bloomberg
Bongkahan emas./Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Sejumlah kalangan menilai rebound harga emas pada perdagangan Senin (16/3/2020) hanya akan bertahan sementara.  Para pemilik emas diperkirakan akan berpaling ke kas seiring kekhawatiran pasar yang meningkat akibat penyebaran virus corona (covid-19).

Berdasarkan data Bloomberg, hingga pukul 15.16 WIB, harga emas berjangka di bursa Comex untuk kontrak April 2020 berbalik menguat 1,14 persen ke level US$1.534 per troy ounce. Pada perdagangan sebelumnya, harga emas tersungkur tajam ke level terendah dalam tiga bulan terakhir.

Sementara itu, harga emas di pasar spot bergerak menguat 0,3 persen ke level US$1.534,45 per troy ounce. Sepanjang tahun berjalan 2020, harga telah menguat 1,13 persen.

Analis Capital Futures Wahyu Laksono mengatakan penguatan emas saat ini tidak akan bertahan lama karena situasi ekonomi global yang masih dalam tekanan dan ketidakpastian membuat emas rentan aksi jual. Hal itu dipicu aksi likuidasi aset emas untuk mencari uang tunai untuk menutupi kerugian di instrumen investasi lain.

Saat semua investor mengalami kerugian, margin call stock market, ataupun tuntutan pembayaran hutang, jelas dia, uang tunai atau dolar AS semakin dibutuhkan dan akan menjadi langka sehingga investor akan mencari berbagai cara untuk mendapatkan greenback salah satunya mencairkan asetnya.

“Selama situasi pasar masih dalam kondisi stress, adanya kelangkaan likuidasi semua aset akan dijual demi cash, termasuk emas yang baru saja menyentuh level tertinggi,” ujar Wahyu kepada Bisnis, Senin (16/3/2020).

Wahyu menyebut, virus corona yang menjadi sentimen pasar utama saat  ini bisa berubah menjadi krisis finansial. Langkah penciptaan likuiditas darurat oleh The Fed, seperti kembali untuk melakukan kebijakan pemangkasan suku bunga mencerminkan seberapa besar tekanan pasar saat ini. The Fed telah memangkas suku bunga acuan acuan 100 bps menjadi 10 persen s.d 0,75 persen.

Dalam pernyataan resmi, The Fed menyebut wabah virus corona telah mengganggu kegiatan ekonomi di banyak negara, termasuk Amerika Serikat. Kondisi keuangan global juga terkena imbas. Efek dari virus corona disebut The Fed akan membebani aktivitas ekonomi dalam waktu dekat dan menimbulkan risiko bagi prospek ekonomi.

Namun, dengan stimulus pemangkasan suku bunga acuan AS hingga penggelontoran US$2 triliun untuk pembelian obligasi pemerintah seharusnya membuat emas saat ini mencapai level US$1.900 per troy ounce. Fenomena likuidasi mencari uang tunai itulah yang membuat penguatan emas tampak terbatas.

Dia menjelaskan selama situasi pasar saat ini tidak membaik, emas masih akan dipandang sebagai alat bantu kepanikan yang bisa dikorbankan untuk dijual dibanding dipandang sebagai aset safe havenWahyu mengatakan bahwa dalam jangka pendek emas akan bergerak sangat volatil di kisaran US$1.400 per troy ounce hingga US$1.700 per troy ounce.

Sementara itu, Analis Oanda Edward Moya mengatakan bahwa emas dengan perlahan berhasil mendapatkan pijakannya untuk bergerak menguat kembali dipicu dari banyaknya stimulus yang dikeluarkan oleh negara di dunia, baik fiskal maupun moneter.

“Emas harus kembali di atas US$1.600 per troy ounce setelah kita melihat semua bank sentral meningkatkan upaya mereka menjaga pertumbuhan ekonominya tahun ini,” ujar Edward seperti dikutip dari Bloomberg, Senin (16/3/2020).

Tren suku bunga yang lebih rendah biasanya meningkatkan daya tarik emas, yang tidak menawarkan bunga. Ketua The Fed Jerome Powell mengatakan bahwa para pembuat kebijakan harus melakukan apa yang mereka bisa dan pertumbuhan ekonomi kemungkinan akan lemah pada kuartal kedua.

Namun, Jerome Powell juga menegaskan kembali penentangannya terhadap suku bunga negatif. Di tempat lain, bank sentral Selandia Baru juga memangkas suku bunga dalam langkah darurat, sementara Reserve Bank of Australia akan mengumumkan langkah kebijakan lebih lanjut pada hari Kamis.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Finna U. Ulfah
Editor : Rivki Maulana
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper