Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Perang Negara OPEC Memanas, Minyak Mentah Kian Tertekan

Harga minyak mentah melanjutkan penurunannya setelah Arab Saudi mengatakan akan meningkatkan kapasitas produksinya dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan virus corona sebagai pandemi.

Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah melanjutkan penurunannya setelah Arab Saudi mengatakan akan meningkatkan kapasitas produksinya dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan virus corona sebagai pandemi.

Minyak mentah West Texas Intermediate untuk pengiriman April ditutup melemah 4 persen atau US$1,38 ke level di uS$ 32,98 per barel di New York Mercantile Exchange pada akhir perdagangan Rabu (11/3/2020).

Sementara itu, minyak mentah Brent untuk kontrak Mei ditutup melemah 3,8 persen atau US$1,43 ke posisi US$35,79 per barel di ICE Futures Europe exchange yang berbasis di London.

Dilansir dari Bloomberg, perang pangsa pasar minyak mentah terus meningkat setelah Saudi Aramco mengumumkan rencana untuk meningkatkan kapasitas produksi minyaknya menjadi 13 juta barel per hari.

Mengikuti langkah Aramco, Abu Dhabi National Oil Co. juga menyatakan akan memompa minyak mentah sebanyak mungkin bulan depan. Sementara itu, Organisasi Kesehatan Dunia menyatakan pandemi virus corona (WHO).

Penurunan pasar minyak tercermin dalam waktu terdekat terdekat untuk patokan global Brent yang tenggelam lebih dalam ke struktur contango, yang menandakan kelebihan pasokan. Sinyak ini berada pada titik terlemah sejak 2016, menciptakan insentif bagi pedagang untuk memesan minyak dan menyimpannya sehingga dapat mereka jual di kemudian hari ketika harga meningkat.

"Tantangan bagi pasar minyak pada umumnya adalah bahwa OPEC telah kembali ke rencananya mengelola pangsa pasarnya sendiri daripada menstabilkan harga," kata Rob Haworth, analis investasi senior di Bank Wealth Management AS.

“Pertanyaan besarnya adalah siapa yang bereaksi pertama kali. Kami juga tidak tahu apa yang akan terjadi dengan virus (Covid-19) ini. Ketakutan pasar akan berkurangnya pertumbuhan permintaan sangat nyata," lanjutnya, seperti dikutip Bloomberg.

Disintegrasi koalisi antara OPEC dan produsen sekutu pekan lalu mengguncang pasar yang sudah rapuh yang berada di tengah tekanan Covid-19 terhadap permintaan. Krisis telah mendorong bank sentral global untuk memberi sinyal langkah-langkah stimulus guna membendung pukulan ekonomi dari wabah tersebut.

Di AS, Senator Lisa Murkowski mengatakan para pembuat kebijakan sedang mempertimbangkan opsi agar pemerintah federal dapat membantu para pengebor minyak, termasuk membeli minyak dengan harga murah untuk Strategic Petroleum Reserve, cadangan darurat negara.

Di tengah jatuhnya harga dan tekanan dari Covid-19, Energy Information Administration memangkas prospek permintaan bahan bakar minyak sebesar 900.000 barel untuk kuartal pertama. Sementara itu, Departemen Energi As juga mengatakan output minyak  rata-rata mencapai 12,7 juta barel per hari pada tahun 2021, menandai penurunan output tahunan pertama sejak 2016.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper