Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kenaikan HBA Belum Menyulut Indeks Indeks Jakmine

Harga batu bara acuan dalam waktu dekat diprediksi masih belum akan bangkit signifikan mengingat pelemahan permintaan dari China dan hilangnya daya saing batu bara di Eropa karena naiknya pajak karbon dan harga gas yang lebih murah.
Kegiatan pengupasan tanah PT Bukit Makmur Mandiri Utama, anak usaha PT Delta Dunia Makmur Tbk.(DOID)./deltadunia.com
Kegiatan pengupasan tanah PT Bukit Makmur Mandiri Utama, anak usaha PT Delta Dunia Makmur Tbk.(DOID)./deltadunia.com

Bisnis.com, JAKARTA - Kenaikan harga batu bara acuan (HBA) belum mampu mendorong pergerakan indeks saham-saham pertambangan atau Jakmine pada perdagangan Kamis (5/3/2020). Indeks Jakmine diprediksi masih dalam jalur penurunan dalam jangka pendek.

Mengutip data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), HBA kembali merangkak dua bulan berturut-turut naik ke level US$67,08 per ton dari posisi Februari US$66,89 per ton.

Berdasarkan data Bloomberg, pada penutupan perdagangan Kamis (27/2/2020), indeks Jakmine terkoreksi 0,56 persen atau 7,76 poin sehingga parkir di level 1.370,42.

Sepanjang tahun berjalan 2020, indeks Jakmine telah terkoreksi 11,51 persen dan sempat parkir di 1.317,85, level terendahnya sejak Oktober 2016..Untuk diketahui, indeks Jakmine beranggotakan 49 emiten yang bergerak di bidang pertambangan mulai dari batu bara, logam, serta minyak dan gas.

Lima emiten dengan bobot terbesar untuk indeks tersebut yakni PT Bayan Resources Tbk. (BYAN) 16,66 persen, PT Adaro Energy Tbk. (ADRO) 12,36 persen, PT Bukit Asam Tbk. (PTBA) 9,3 persen, PT Merdeka Copper Gold Tbk. (MDKA) 9,29 persen, dan PT Vale Indonesia Tbk. (INCO) 8,72 persen.

Pada penutupan perdagangan, saham yang menjadi penekan laju indeks Jakmine yakni ADRO yang menurun 2,49 persen, diikuti oleh INCO yang turun 1,48 persen, PT J Resources Tbk. (PSAB) yang terkoreksi 3,6 persen, PT Medco Energi Tbk (MEDC) turun 1,47 persen, dan PT Indika Energy Tbk (INDY) terkoreksi 3,18 persen.

Adapun, saham-saham yang menjadi penopang laju indeks Jakmine yakni MDKA naik 0,78 persen, PT Ifishdeco Tbk (IFSH) terapresiasi 8,7 persen, PT Toba Bara Tbk (TOBA) yang menguat 1,58 persen, PT Mitrabara Adiperdana Tbk (MBAP) naik 1,58 persen, dan PT Resource Alam Indonesia Tbk. (KKGI) naik 2 persen.

Analis Henanputihrai Sekuritas Liza Camelia mengatakan pergerakan harga batu bara masih menjadi faktor utama penggerak Jakmine, tetapi sentimen menguatnya HBA belum mampu mengangkat indeks Jakmine secara keseluruhan karena prospek industri batu bara belum menjanjikan dalam jangka pendek.

“Kenaikan HBA dipengaruhi oleh meningkatnya permintaan dari India, Korea dan Jepang, sedangkan kondisi tambang batu bara di China, sebagai importir batu bara terbesar dunia, belum beroperasi total setelah libur Tahun Baru Imlek dan langsung disusul adanya penyebaran virus corona,” ujar Liza kepada Bisnis, Kamis (5/3/2020).

Pasar khawatir dunia tidak bisa mengendalikan penyebaran virus corona dan masih akan terus menimbulkan gejolak pada perekonomian China selama beberapa bulan ke depan.

Akibatnya, harga batu bara acuan dalam waktu dekat diprediksi masih belum akan bangkit signifikan mengingat pelemahan permintaan dari China dan hilangnya daya saing batu bara di Eropa karena naiknya pajak karbon dan harga gas yang lebih murah.

Selain itu, Indonesia dan AS kemungkinan akan mengurangi produksi 2020, tetapi dampak pada pasokan global tidak akan signifikan karena akan diimbangi oleh prospek produksi yang tinggi dari India dan China, setelah penyebaran virus mereda.

Dia menyebutkan katalis positif yang yang dapat mendorong indeks Jakmine adalah meredanya virus corona atau ditemukannya obat untuk virus corona, karena dengan diatasinya virus corona maka akan membangkitkan kembali industri manufaktur.

“Tidak hanya itu, adanya musim dividen, di mana PTBA yang merupakan salah satu emiten dengan bobot terbesar di Jakmine memiliki yield yang cukup tinggi yaitu diperkirakan di kisaran 10,3 persen dapat mendorong indeks Jakmine,” jelas Liza.

Dia mengatakan bahwa target price PTBA saat ini berada di Rp2.350 per saham dengan level support di Rp2.450 per saham, dan jika terus bergerak turun PTBA akan menguji level Rp2.350 per saham.

Pada penutupan perdagangan Kamis (5/3/2020), PTBA parkir di level Rp2.460 per saham, menurun 0,4 persen atau 10 poin.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Finna U. Ulfah
Editor : Rivki Maulana

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper