Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dinilai Prospektif, Saham-saham Grup Saratoga Layak Dicermati

Emiten yang bernaung di bawah Grup Saratoga dinilai akan diuntungkan dari beberapa kebijakan pemerintah.
Direktur Keuangan PT Saratoga Investama Sedaya Tbk Lany Djuwita Wong (dari kiri) berbincang dengan Direktur Investasi Devin Wirawan, Hubungan Investor Albert Saputro, dan Direktur Portofolio Andi Esfandiari di sela-sela paparan publik seusai RUPS, di Jakarta, Rabu (22/5/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam
Direktur Keuangan PT Saratoga Investama Sedaya Tbk Lany Djuwita Wong (dari kiri) berbincang dengan Direktur Investasi Devin Wirawan, Hubungan Investor Albert Saputro, dan Direktur Portofolio Andi Esfandiari di sela-sela paparan publik seusai RUPS, di Jakarta, Rabu (22/5/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA – Sejumlah emiten yang tergabung pada Grup Saratoga Investama Sedaya dinilai analis patut dicermati oleh investor. 

Analis Senior CSA Research Institute Reza Priyambada menuturkan, sejumlah saham yang bernaung di bawah Grup Saratoga Investama Sedaya berpotensi mendatangkan return yang optimal bagi para investor. Salah satu yang menjadi rekomendasi Reza adalah PT Adaro Energy Tbk (ADRO). 

Reza menyebut, saham ADRO memiliki prospek yang cerah menyusul upaya pemerintah mempermudah gasifikasi batubara untuk mengurangi ketergantungan impor gas.

“ADRO juga belum memiliki rencana perluasan akuisisi tambang batubara yang menurut saya tepat mengingat harga batu bara yang saat ini sedang menunjukkan tren menurun,” jelasnya saat dihubungi Bisnis. Kamis (5/3/2020).

Pada periode berjalan 2020, pergerakan saham ADRO tengah berada dalam tren negatif. Pasalnya, laju emiten pertambangan itu mengalami koreksi 24,12 persen. Namun, saham ADRO tercatat masih membukukan return positif dalam enam bulan terakhir. Pergerakan saham ADRO menguat 7,27 persen.

Emiten lain yang patut menjadi perhatian adalah PT Aneka Gas Industri Tbk (AGII). Menurut Reza, kinerja perusahaan akan didukung oleh sejumlah kebijakan pemerintah pada bidang industri, diantaranya industri baja, industri petrokimia, rumah sakit, dan mineral seperti nikel.

“Prospeknya cukup bagus, terutama pada kebutuhan gas di rumah sakit yang sepertinya akan mengalami kenaikan,” imbuhnya.

Berdasarkan laporan keuangan per September 2019, AGII mencetak penjualan bersih sebesar Rp1,61 triliun, naik 10,5 persen secara tahuna. Adapun laba bersih tercatat Rp76 miliar, turun 10 persen secara tahunan. Hingga kini, perseroan belum merilis laporan keuangan tahunan 2019.

Selain itu, Reza menambahkan saham dari PT Provident Agro Tbk (PALM) juga dapat dikoleksi investor. Menurutnya, emiten perkebunan tersebut masih cukup “lapar” untuk melakukan peningkatan kinerja dan pendapatan.

“Apalagi saat ini harga CPO juga belum pulih, upaya-upaya yang dilakukan perusahaan juga perlu diperhatikan investor,” ujarnya.

Upaya tersebut, lanjutnya, terlihat dari rencana buyback saham yang akan dilakukan pada April mendatang. Berdasarkan prospektus, PALM akan membeli kembali saham publik sebanyak 110 juta saham atau setara dengan 1,55 persen dari modal yang ditempatkan dan disetor penuh dalam perseroan. Dana yang dipersiapkan untuk mendanai aksi tersebut mencapai Rp28,93 miliar.

Di sisi lain, SVP Research Kanaka Hita Solvera Janson Nasrial mengatakan, saham-saham pada Grup Saratoga menjanjikan return on equity (ROE) yang cukup besar. Hal ini terlihat dari valuasi dari price to book value (PBV) dan price earning ratio (PER) seluruh emiten pada grup ini yang berada dibawah 10 kali. 

Menurutnya, bisnis grup ini amat terbantu berkat diversifikasi usaha yang dilakukan pihak konglomerasi. Tercatat, Saratoga terlibat pada bidang tambang emas melalui Merdeka Copper Gold (MDKA), kesehatan melalui RS Awal Bros, otomotif (Mitra Pinasthika Mustika), konstruksi (Nusa Raya Cipta), energi (ADRO), dan bidang lainnya. 

Dia juga mengapresiasi pertumbuhan pendapatan selama 2019  yang berada di kisaran high double digit. Capaian ini terbilang sulit mengingat kondisi global yang saat ini kurang kondusif.

"Meski secara valuasi dan bisnis menarik, saham-saham pada grup ini secara likuiditas masih kurang baik. Saya cenderung neutral dalam memberikan rekomendasi," tukasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper