Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dari Netflix ke Indomie, Begini Cara Pasar Saham Merespons Virus Corona 

Di tengah penyebaran virus corona, di Amerika Serikat saham-saham emiten 'stay at home' melambung sedangkan saham-saham 'go out stock' tersungkur. Sementara itu, saham-saham consumer goods di Indonesia mengalami kenaikan.
Karyawan melintas di dekat layar pergerakan saham di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (2/3/2020)./ ANTARA - Galih Pradipta
Karyawan melintas di dekat layar pergerakan saham di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (2/3/2020)./ ANTARA - Galih Pradipta

Bisnis.com, JAKARTA – Meski sama-sama memberi dampak negatif terhadap pasar saham di berbagai belahan dunia, virus corona direspons dengan cara berbeda oleh para pelaku pasar modal, termasuk di Indonesia.

Di Amerika Serikat, virus corona menjadi salah satu biang keladi rontoknya bursa saham. Hal ini terlihat dari pergerakan New York Stock Exchange Composite Index yang turun 7,8 persen secara tahun berjalan, per Selasa (3/3/2020). 

Indeks Dow Jones Industrial Average dan indeks S&P 500 juga sama-sama tersungkur, masing-masing 2,94 persen dan 2,81 persen pada perdagangan kemarin.

Di tengah tren koreksi indeks, ada juga saham-saham yang justru mencatat kenaikan harga yang signifikan. Misalnya, Netflix (NFLX) yang naik 17,76 persen secara awal tahun. Laju saham Netflix berbanding terbalik dengan indeks S&P 500 yang turun lebih dari 8 persen pada periode yang sama.

Tak sendirian, Netflix naik bersama saham-saham ‘stay at home’ lainnya seperti Peloton dan Etsy juga mengalami kenaikan. Adapun, saham pada kategori ‘go out stock’ seperti Uber, Lyft Inc., dan Live Nation kompak mengalami penurunan.

Saham-saham stay at home dinilai akan diuntungkan karena kecenderungan masyarakat untuk tinggal di rumah bakal meningkat untuk menghindari virus corona. Hal ini pula yang menjadi alasan saham-saham go out stock dinilai tidak prospektif oleh pelaku pasar.

Sementara itu, Indonesia baru saja mengkonfirmasi adanya dua orang  yang terinfeksi corona. Dalam menyikapi kondisi ini para pelaku pasar dan masyarakat umum punya cara yang berbeda untuk merespons corona.

Frankie Wijoyo Prasetio, Head of Equity Trading MNC Sekuritas Medan mengatakan bahwa saat Presiden Joko Widodo mengkonfirmasi adanya warga yang terpapar corona di Indonesia, terjadi kepanikan di pasar saham dan pasar tradisional.

Di pasar saham, terjadi kepanikan di mana para investor ramai-ramai menjual sahamnya. Sementara di pasar tradisional, masyarakat panik untuk membeli berbagai bahan makanan. Salah satu bahan makanan yang banyak dicari adalah mie instan.

Dia mengatakan bahwa hal ini sejatinya membuat daya tarik pasar saham meningkat. Pasalnya, aksi jual panik itu membuat valuasi sejumlah emiten terdiskon besar-besaran. Di sisi lain, pembelian dengan panik bahan-bahan makanan akan mendorong kinerja emiten di sektor terkait.

“Kalau kita lihat, yang viral kan serbuan terhadap indomie, hand sanitizer, dan lain-lain, tentunya hal ini akan menyebabkan kenaikan laba bagi perusahaan. Oleh karena itu, saham ICBP [PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk.] menjadi sangat menarik,” terangnya kepada Bisnis, Selasa (3/3/2020).

Pada perdagangan Senin (2/3/2020), saham ICBP ditutup menguat ke level Rp10.175 per saham. Sementara itu, pada penutupan perdagangan  Selasa (3/3/2020) harga saham ICBP kembali menguat 7,88 persen ke level Rp10.950 per saham.

Frankie mengatakan secara umum saham-saham consumer goods lainnya akan diuntungkan karena perilaku panik masyarakat. Selain saham ICBP, saham PT Unilever Indonesia Tbk. (UNVR) dan PT Mayora Indah Tbk. (MYOR) juga dinilai layak untuk dikoleksi.

Sementara itu, Senior Vice President Research PT Kanaka Hita Solvera Janson Nasrial mengatakan emiten operator telekomunikasi akan menjadi salah satu emiten yang diuntungkan. Dia berpendapat dengan kecenderungan orang menghindari bepergian, konsumsi mobile data akan meningkat.

“Yang diuntungkan itu emiten rumah sakit, dan saham-saham berbasis mobile data komunikasi, seperti EXCL [PT XL Axiata Tbk.]  dan TLKM [PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk.] karena orang tidak akan mau keluar rumah, maka akan mengandalkan internet,” ujarnya kepada Bisnis, Selasa (3/3/2020).

Adapun, saham-saham yang diperkirakan kinerja akan terpuruk karena dampak virus corona adalah emiten yang bergerak di bidang ekspor komoditas mentah, khususnya batu bara. Batu bara yang mayoritas diekspor ke China dapat terhambat karena corona.

Senada, Direktur PT Anugerah Mega Investama Hans Kwee juga menilai kecenderungan orang menghindari aktivitas luar ruangan akan berdampak positif terhadap saham-saham operator telekomunikasi. Namun, menurutnya dampaknya tidak akan terlalu signifikan.

Di sisi lain meningkatnya permintaan terhadap produk consumer goods dinilai hanya bersifat sementara. Di sisi lain, hal ini tidak menjamin menaikkan keuntungan emiten karena mereka tidak mungkin menaikkan harga meski permintaan meningkat.

"Saya pikir hal seperti ini hanya sementara, ini hanya mempercepat keputusan konsumen membeli, jadi tidak akan bertahan lama," katanya kepada Bisnis, Selasa (3/3/2020).

Menurutnya, sejauh ini pasar saham Indonesia belum memiliki kecenderungan khas dalam merespons kehadiran virus corona. Sejauh ini dampaknya terhadap pasar saham lebih banyak berupa sentimen eksternal dari dampak virus tersebut di luar negeri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Rivki Maulana
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper