Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dolar AS Ditutup Koreksi, Euro Catat Kenaikan Terbesar sejak Mei 2018

Sentimen yang menekan dolar ialah karena investor bertaruh Federal Reserve (Fed) akan memangkas suku bunga untuk mengimbangi dampak penyebaran virus corona, memberikan euro kenaikan harian terbesar sejak Mei 2018.
Petugas kasir menghitung mata uang dolar Amerika Serikat di tempat penukaran uang, di Jakarta, Selasa (2/10/2018)./ANTARA-Indrianto Eko Suwarso
Petugas kasir menghitung mata uang dolar Amerika Serikat di tempat penukaran uang, di Jakarta, Selasa (2/10/2018)./ANTARA-Indrianto Eko Suwarso

Bisnis.com, JAKARTA – Dolar AS jatuh terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Kamis waktu setempat atau Jumat (28/2/2020) pagi WIB.

Sentimen yang menekan dolar ialah karena investor bertaruh Federal Reserve (Fed) akan memangkas suku bunga untuk mengimbangi dampak penyebaran virus corona, memberikan euro kenaikan harian terbesar sejak Mei 2018.

Harapan pedagang akan penurunan suku bunga pada Maret meningkat menjadi 54,3 persen berbanding 33,2 persen pada Rabu (26/2/2020), menurut alat FedWatch CME Group. Ekspektasi untuk penurunan suku bunga Bank Sentral Eropa (ECB) juga telah meningkat.

"Kami melihat pembalikan besar dari nasib dolar," kata Wakil Presiden Bidang Perdagangan Tempus Inc, John Doyle.

Dengan suku bunga AS jauh lebih tinggi daripada rekan-rekan G10, dan karenanya ruang lingkup mereka jatuh jauh lebih luas, investor membalikkan dolar.

"Ekspektasi penurunan suku bunga telah mendapatkan momentum dan ekspektasi suku bunga AS turun jauh lebih banyak daripada di zona euro," kata Thu Lan Nguyen, seorang analis di Commerzbank.

Nguyen menyampaikan peluang dolar mundur lebih lanjut tergantung pada data ekonomi tentang dampak virus corona pada kepercayaan dan perdagangan di luar China.

Terhadap euro, dolar AS jatuh ke level terendah tiga minggu, melayang di bawah 1,099, turun 1,02 persen pada Kamis sore (27/2/2020). Indeks dolar turun 0,658 persen menjadi 98,463, setelah sebelumnya jatuh ke level terlemah sejak 6 Februari 2020.

Dolar telah turun sekitar satu persen sejak minggu lalu, ketika menyentuh dekat level tertinggi tiga tahun berkat kepercayaan mata uang safe haven-nya dan kepercayaan investor bahwa ekonomi AS relatif terlindung dari kejatuhan virus corona. Namun, daya tariknya sebagai mata uang safe haven telah berkurang.

Infeksi virus corona baru sekarang tumbuh lebih cepat di luar China daripada di dalam, memicu kekhawatiran bahwa dampak ekonomi pada rantai pasokan dan permintaan konsumen mungkin jatuh lebih besar dari yang diperkirakan sebelumnya.

Investor telah bergegas memburu surat utang pemerintah AS demi keamanan. Imbal hasil obligasi pemerintah AS bertenor 10 tahun merosot untuk hari ketiga berturut-turut ke rekor terendah 1,241 persen.

Dolar melemah 0,52 persen menjadi 109,84 yen Jepang karena daya tarik safe haven yen mulai kembali.

Yuan di pasar offshore (luar negeri) menguat ke tertinggi satu minggu, dengan dolar turun 0,18 persen pada 7,008 yuan per dolar.

Dolar Australia, dilihat sebagai proksi untuk sentimen investor terhadap China, rebound 0,6 persen menjadi 0,658 dolar, jauh dari posisi terendah 11 tahun yang disentuh pada Rabu (26/2/2020).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : JIBI
Editor : Hafiyyan
Sumber : Antara

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper