Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bertemu Jokowi, Phillip Morris Lirik Pasar Rokok Elektrik Indonesia

Perusahaan rokok raksasa Philip Morris menyatakan minat investasi di sektor rokok elektrik di Indonesia.
Pekerja PT HM Sampoerna Tbk melakukan aktivitas di pabrik sigaret kretek tangan (SKT) Sampoerna di Surabaya, Kamis (19/5/2016)./Antara
Pekerja PT HM Sampoerna Tbk melakukan aktivitas di pabrik sigaret kretek tangan (SKT) Sampoerna di Surabaya, Kamis (19/5/2016)./Antara

Bisnis.com, JAKARTA - Perusahaan rokok raksasa, Philip Morris menyatakan minat investasi di Indonesia. Hal ini disampaikan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto usai pihak korporasi asal Amerika Serikat tersebut bertemu dengan Presiden Joko Widodo di Istana Kepresidenan, Jakarta, kemarin Kamis (27/2/2020).

Namun Airlangga belum dapat memberikan keterangan lebih lanjut. Pasalnya rencana aksi korporasi itu baru pada tahap menyatakan minat.

"Baru menyatakan minat. Ada rencana investasi di sektor rokok elektrik. Ada beberapa yang diminta, kami tunggu dulu," katanya di kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat (28/2/2020).

Sementara itu industri rokok elektrik di Tanah Air tumbuh pesat. Peningkatan produksi cairan vaporizer (vape) sepanjang tahun lalu menjadi satu indikator.

Asosiasi Personal Vaporizer Indonesia (APVI) menyatakan produksi cairan vape pada 2019 naik dua kali lipat dibandingkan dengan tahun sebelumnya, atau menjadi 5 juta botol.

Hal tersebut utamanya disebabkan oleh pengguna vape yang telah melebihi target asosiasi pada awal tahun yakni 1 juta pengguna. Asosiasi memperkirakan, di Indonesia, pengguna salah satu jenis penghantar nikotin berjenis elektrik tersebut telah mencapai sekitar 2,5 juta orang.

Pada tahun lalu asosiasi mencatat pengguna vape sekitar 1,2 juta orang. Dengan kata lain, tahun ini setidaknya ada pengguna baru lebih kurang 1,3 juta orang. Sekitar 80% dari pengguna baru tersebut merupakan pengguna pod system yang menggunakan cairan nikotin garam.

Adapun Pengusaha Penghantar Nikotin Elektronik Indonesia (Appnindo) mencatat potensi pertumbuhan bisnis penghantar nikotin elektronik di Indonesia naik signifikan. Industri ini telah membukukan Rp154,1 miliar pada 2018 dan selanjutnya bertumbuh lebih dari dua kali lipat, menjadi Rp426 miliar pada 2019. 

Kendati demikian, President Director PT NCIG Indonesia Mandiri Roy Lefrans Wungow mengatakan industri vape memiliki peluang lebih besar untuk tumbuh dengan menarik investor masuk ke Indonesia. Hal ini dapat dicapai dengan kepastian hukum. Saat ini pemerintah hanya mengatur rokok elektrik melalui pengenaan cukai.

Di Indonesia, Philip Morris International (PMI) memiliki anak usaha Philip Morris Indonesia, yang memegang 92,5 persen saham PT HM Sampoerna Tbk. (HMSP).  Pada 2019, pangsa pasar rokok HMSP di dalam negeri mencapai 32,1 persen, berkurang dari sebelumnya 33,4 persen pada 2018.

Berdasarkan data PMI, total volume penjualan rokok secara keseluruhan di Indonesia naik 1,1 persen menjadi 306,8 miliar batang rokok pada 2019. Namun, volume penjualan HMSP menurun 2,9 persen menjadi 98,5 miliar batang rokok pada 2019 dari 101,4 miliar batang rokok pada 2018.

Pada kuartal IV/2019, volume penjualan rokok di Indonesia juga tumbuh 3,1 persen menjadi 83,4 miliar batang rokok. Namun, lagi-lagi volume penjualan HMSP turun 2 persen menjadi 26,4 miliar batang rokok pada kuartal IV/2019, setelah sempat menyentuh angka 26,9 miliar batang rokok pada kuartal yang sama tahun sebelumnya.

Di sisi lain, volume jenama Dji Sam Soe naik 11,1 persen menjadi 32,43 miliar batang rokok pada 2019. Adapun, pada 2018 jenama ini hanya menyumbang volume penjualan sebesar 29,19 miliar batang rokok.

Performa Dji Sam Soe di Indonesia terkerek dari Magnum Mild yang termasuk dalam jenama Dji Sam Soe yang memiliki 16 varian rasa yang kini tersedia dalam edisi 20 dan 50 batang dan relatif lebih ramah di kantong.

Sementara, jenama Sampoerna A mengalami penurunan volume masing-masing 11,1 persen menjadi 35,13 miliar batang rokok secara tahunan.

Penurunan angka volume penjualan rokok jenama Sampoerna A ini dinilai mencerminkan dampak dari kenaikan harga jual eceran (HJE) akibat dari kenaikan cukai rokok yang menyebabkan kesenjangan harga di antara produk pesaing.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Muhammad Khadafi
Editor : Hafiyyan

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper