Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Matahari Department Store (LPPF) Bakal Buka 6 Gerai Baru

Per akhir 2019 lalu, Matahari mengoperasikan 169 gerai di 76 kota di seluruh Indonesia
Pengunjung di gerai Matahari Department Store Pasaraya, Jakarta, Kamis (21/9)./JIBI-Felix Jody Kinarwan
Pengunjung di gerai Matahari Department Store Pasaraya, Jakarta, Kamis (21/9)./JIBI-Felix Jody Kinarwan

Bisnis.com, JAKARTA - PT Matahari Department Store Tbk. (LPPF) merencanakan pembukaan 6 gerai baru pada 2020.

Per akhir 2019 lalu, Matahari mengoperasikan 169 gerai di 76 kota di seluruh Indonesia, setelah membuka 3 gerai large format baru tahun 2019 di Bandung (Jawa Barat), Batam (Kepulauan Riau) dan Dumai (Riau), ditambah 8 gerai specialty di Medan (Sumatera Utara), Jakarta, Cibubur (Jawa Barat) dan Surabaya (Jawa Timur).

Terry O'Connor, CEO Matahari Department Store menyampaikan perusahaan memiliki basis pelanggan dan pasar yang kuat untuk dikembangkan. Pada tahun ini, perusahaan berencana menambah 6 gerai baru.

“Saya yakin bahwa, terlepas dari lingkungan ritel yang menantang dan kompetitif, kami akan terus memperluas jaringan, jangkauan, dan relevansi kami," jelas Terry dikutip dari siaran persnya, Kamis (27/2/2020).

Berdasarkan data perseroan, pelanggan loyal Matahari saat ini berjumlah 7,9 juta, dan telah tumbuh lebih dari 10 persen dari periode yang sama tahun lalu.

Lingkungan ritel yang terus berkembang pesat membuat Matahari dinilai perlu beradaptasi dengan permintaan konsumen dan tren yang terus berubah. Perusahaan tidak hanya berfokus pada pembaruan gerai dan bisnis online seperti MATAHARI.COM, tetapi juga terus melanjutkan solusi Omni-Channel sebagai dasar pertumbuhan di masa yang akan datang.

Berdasarkan laporan keuangan konsolidasiannya, Matahari membukukan kinerja yang moncer sepanjang tahun 2019. Perseroan memperoleh laba bersih sebesar Rp1,37 triliun pada 2019, naik 24,56 persen dari sebelumnya Rp1,1 triliun.

Selain dari pertumbuhan pendapatan, kenaikan laba bersih perseroan juga disumbang oleh usahanya menekan kerugian atas penurunan nilai investasi pada instrumen ekuitas yang membengkak pada 2018 lalu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper