Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Corona dan Pernyataan Trump Bikin Asing Kabur dari Indonesia

Investor makin cemas setelah virus corona mulai merebak ke luar China.
Karyawan melintas didekat layar monitor perdagangan Indeks Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (17/2/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawan melintas didekat layar monitor perdagangan Indeks Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (17/2/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA—Investor asing terus melakukan aksi jual bersih, seiring kejatuhan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Wabah corona dan pencoretan Indonesia dari daftar negara berkembang menjadi salah dua penyebabnya.

Berdasarkan data Bloomberg, pada penutupan perdagangan Rabu (26/2/2020) investor asing melakukan aksi jual bersih sampai Rp1,75 triliun. Aksi jual bersih itu menjadi yang kelima dalam lima hari berturut-turut. Adapun IHSG turun 1,70 persen ke level 5.688.

Analis Artha Sekuritas Dennies Christopher menilai sentimen global masih jadi pengaruh utama pergerakan IHSG. Dia menyebut, penyebaran virus corona di luar China mulai berdampak terhadap perekonomian global. Aktivitas ekspor dan impor pun terpengaruh.

Dennies menambahkan, proyeksi pertumbuhan ekonomi baik di dalam negeri maupun secara global akan melambat. "Investor lebih tertarik untuk masuk ke instrumen yang lebih rendah risiko seperti emas dan obligasi dibandingkan masuk pasar saham,” jelasnya saat dihubungi Bisnis, Rabu (26/2/2020).

Di sisi lain, pernyataan Presiden Amerika Serikat Donald Trump perihal Indonesia yang tak lagi masuk ke daftar negara berkembang -yang menikmati fasilitas khusus- turut menjadi sentimen penekan. Pasalnya, ini membuat investor berpikir ulang untuk menempatkan dananya di Indonesia.

Dennies menyebut investor cenderung lebih suka menempatkan dananya di negara-negara berkembang karena ada ekspektasi pertumbuhan yang lebih baik. Sebaliknya, jika suatu negara telah dikatakan maju maka ekspektasi tersebut akan berubah.

“Menurut saya ini jadi sentimen negatif karena pernyataan seperti itu mendorong investor untuk mengubah bobot portfolionya [ke Indonesia],” tambah Dennies.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Rivki Maulana

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper