Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sempat Menguat, Bursa AS Ditutup Anjlok

Bursa Amerika Serikat berakhir melemah pada perdagangan Selasa (25/2/2020), meskipun di awal perdagangan sempat masuk di zona hijau.
Tanda Wall Street tampak di depan Bursa Efek New York (NYSE) di New York, AS./ Michael Nagle - Bloomberg
Tanda Wall Street tampak di depan Bursa Efek New York (NYSE) di New York, AS./ Michael Nagle - Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Bursa Amerika Serikat berakhir melemah pada perdagangan Selasa (25/2/2020), meskipun di awal perdagangan sempat masuk di zona hijau.

Dilansir dari Bloomberg, indeks S&P 500 ditutup anjlok 3,03 persen atau 97,68 poin ke level 3.128,21, meskipun sempat dibuka menguat 3.238,94 sebelum akhirnya terjerembab di zona merah. Indeks S&P sudah mencetak penurunan empat hari terbesar sejak Desember 2018.

Sementara itu, indeks Dow Jones Industrial Average juga ditutup anjlok 3,15 persen ke level 27.081,35, setelah sempat dibuka menguat 0,24 persen ke level 28.028.

Pelemahan indeks dipimpin oleh saham Mc Donald Corporation, Johnson & Johnson, Home Depot Inc, dan Merck & Co. Inc.

Sementara itu, Nasdaq Composite Index juga ditutup melemah 2,77 persen atau 255,67 ke level 8.965,61. Padahal, di awal perdagangan Nasdaq sempat dibuka menguat 0,32 persen.

Dilansir Bloomberg, bursa saham AS melemah setelah Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (Centers for Disease Control and Prevention/CDC) AS memperingatkan warga untuk bersiap menghadapi wabah virus corona (Covid-19).

Lonjakan infeksi di bagian lain di Asia serta Timur Tengah dan Eropa telah menimbulkan kekhawatiran akan pandemi global yang berdampak pada stabilitas ekonomi global.

"Pasar memperkirakan perlambatan signifikan dalam PDB dan penurunan pendapatan perusahaan hingga 10 persen," kata Zhiwei Ren, manajer portofolio di Penn Mutual Asset Management.

"Dan karena tidak ada yang tahu seberapa buruk infeksi virus corona, sulit untuk memperkirakan dampaknya pada ekonomi," lanjutnya

Wakil Gubernur Federal Reserve Richard Clarida mengatakan pejabat bank sentral AS tengah memantau dengan cermat penyebaran virus corona, tetapi “masih terlalu dini” untuk mengatakan apakah itu akan menghasilkan perubahan pada prospek.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper