Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ini Penyebab Acset Indonusa (ACST) Rugi Rp1,13 Triliun

Kenaikan beban pokok dan keterlambatan penyelesaian proyek membuat Acset menelan kerugian.
Presiden Direktur PT Acset Indonusa Tbk Jeffrey Gunadi Chandrawijaya didampingi direksi lainnya memberikan penjelasan mengenai kinerja perusahaan usai rapat umum pemegang saham tahunan di Jakarta, Rabu (10/4/2019)./Bisnis-Dedi Gunawan
Presiden Direktur PT Acset Indonusa Tbk Jeffrey Gunadi Chandrawijaya didampingi direksi lainnya memberikan penjelasan mengenai kinerja perusahaan usai rapat umum pemegang saham tahunan di Jakarta, Rabu (10/4/2019)./Bisnis-Dedi Gunawan

Bisnis.com, JAKARTA - Emiten konstruksi PT Acset Indonusa Tbk. menderita kerugian sebanyak Rp1,13 triliun pada 2019. Kenaikan beban pokok menjadi salah satu penyebab kerugian perusahaan konstruksi yang masih tergabung dalam Grup Astra tersebut.

Berdasarkan laporan keuangan Acset, sepanjang tahun lalu perseroan sebetulnya mencetak pertumbuhan pendapatan sebesar 5,96 persen menjadi Rp3,94 triliun. Namun, beban pokok naik 33 persen menjadi Rp4,04 triliun.

Beban pokok melonjak dipicu kenaikan biaya sub kontraktor dan bahan baku. Beban subkontraktor naik 41 persen menjadi Rp2,16 triliun. Adapun kenaikan bahan baku mencapai 56 persen menjadi Rp1,01 triliun.

Manajemen Acset menyebut kerugian yang diderita perseroan tahun lalu disebabkan keterlambatan penyelesaian proyek dengan skema contractor pre financing (CPF) dan proyek struktur. Keterlambatan penyelesaian proyek menimbulkan peningkatan biaya pendanaan, biaya overhead, dan biaya lain yang dialokasikan untuk percepatan penyelesaian proyek tersebut.

"Di samping ini, ACSET juga mengalami penyesuaian nilai pekerjaan sehingga pendapatan dan laba proyek berjalan menjadi terkoreksi,” tulis manajemen melalui keterangan resmi, Rabu (26/2/2020).

Di sisi lain, momentum tahun politik pada 2019 juga membuat sejumlah tender proyek konstruksi ditunda. Sepanjang 2019, perseroan membukukan nilai kontrak baru (NKB) sebesar Rp1,7 triliun.

Perolehan kontrak baru berasal dari beberapa proyek strategis seperti pekerjaan sipil Pembangkit Listrik Tenaga Gas & Uap (PLTGU) Jawa 1, Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Soma Karimun (2 x 25 MW) di Riau, dan proyek struktur Arumaya Residence.

Hingga kini, Acset masih mengerjakan sejumlah proyek dengan total kontrak senilai Rp4,1 triliun, terdiri dari carry over order tahun 2018 dan kontrak baru tahun 2019.

Dihubungi secara terpisah, Sekretaris Perusahaan Acset Indonusa Maria Cesilia Hapsari menilai, secara umum kinerja pada tahun lalu meleset dari ekspektasi. Namun, perseroan telah menyiapkan berbagai strategi untuk memperbaiki kinerja pada 2020.

Salah satu jurus yang ditempuh Acset untuk memperbaiki kinerja adalah penambahan modal dengan penerbitan saham baru atau rights issue. Maria mengatakan, rights issue merupakan opsi terbaik untuk memperkuat struktur permodalan dan membayar utang-utang perseroan.

"Kami berencana terbitkan saham sebesar-besarnya 15 miliar saham baru,” katanya kepada Bisnis, Rabu (26/2/2020).

Dari sisi operasional, emiten bersandi saham ACST itu akan lebih selektif dalam memilih proyek. Di samping itu, perseroan juga akan meningkatkan kontrol terhadap pelaksanaan proyek. Kedua strategi ini diharapkan dapat membawa perbaikan bagi perseroan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Rivki Maulana
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper