Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dampak Virus Corona Meluas, Koreksi Bursa AS Berlanjut

Investor masih harap-harap cemas terhadap dampak ekonomi dari penyebaran virus corona.
Trader di lantai bursa New York Stock Exchange (NYSE) di New York, AS pada 3 Mei 2019./ REUTERS/Brendan McDermid
Trader di lantai bursa New York Stock Exchange (NYSE) di New York, AS pada 3 Mei 2019./ REUTERS/Brendan McDermid

Bisnis.com, JAKARTA - Bursa Amerika Serikat melanjutkan tren penurunan kendati di awal perdagangan sempat masuk di zona hijau.

Dilansir dari Bloomberg, Selasa (25/2/2020), indeks S&P 500 sempat menguat 0,21 persen ke level 3.232,55 sebelum akhirnya terjerembab di zona merah. Indeks S&P sudah mencetak penurunan empat hari terbesar sejak Desember 2018. Saham-saham energi, maeterial, dan finansial memimpin penurunan indeks S&P 500.

Dow Jones Industrial Average juga sempat dibuka menguat 0,24 persen ke level 28.028. Kenaika indeks dipimpin emiten Home Deposit Inc, Microsoft Corporation, Mc Donald Corporation, Apple Inc, dan Coca Cola. Hingga 23.30 WIB, indeks DJIA terkoreksi 1,25 persen ke level 27.616,40.

Setali tiga uang, Nasdaq Composite Index juga terkulai 1,28 persen ke levla 9.130. Padahal, di awal perdagangan Nasdaq sempat dibuka menguat 0,32 persen. Penguatan dipimpin perusahaan-perusahaan farmasi seperti Cocrystal Pharma Inc. dan Correvio Pharma Corp.

Sebelumnya, penurunan saham perbankan dan produsen makanan telah menyeret indeks Stoxx Europe lebih rendah. Indeks Stoxx ditutup di zona merah dengan penurunan 2,14 persen ke level 3.570,08.

Bursa Asia juga ditutup melemah. Indeks Topix di Bursa Jepang ditutup 1.618,26 atau turun 3,33 persen. Begitupun dengan Shanghai SE Composite, turun tipis 0,6 persen ke leval 3.013,95.

Investor ternyata masih menunggu perkembangan terkini terkait wabah virus corona (covid-19). "Pasar lebih menilai tentang apa bagaimana jika virus corona, bukan persisnya seperti apa [virus corona]," ujar Brent Schutte, Chief Investment Strategist Northwestern Mutual Wealth Management Co.

Pergerakan pasar yang tidak menentu membuat investor disarankan untuk tetap waspada terhadap dampak ekonomi dari virus corona. Organisasi Kesehatan Dunia telah menaha diri untuk menyebut virus itu sebagai pandemi global, bahkan ketika virus itu juga menjangkiti warga Italia, Korea Selatan, dan Jepang.

Analis di Oxford Economics Ltd. mengatakan epidemi ini dapat mengilangkan lebih dari US$ 1 triliun dari produk domestik global. Adapun IMF telah menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia seiring dampak virus corona yang telah meluas.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rivki Maulana
Editor : Rivki Maulana
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper