Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sukuk Ritel SR012 Diperkirakan Banjir Peminat

Pemerintah resmi menetapkan besaran kupon SR012 sebesar 6,30 persen. Kupon yang ditawarkan sama dengan surat berharga negara (SBN) ritel sebelumnya, yakni SBR009.
Dirjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan Lucky Alfirman (Kanan) berbincang dengan Direktur Pembiayaan Syariah DJPPR Dwi Irianti Hadiningdyah (kiri) saat meluncurkan Sukuk Tabungan ST-003 di Jakarta, Jumat (1/2/2019)./ANTARA-Dhemas Reviyanto
Dirjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan Lucky Alfirman (Kanan) berbincang dengan Direktur Pembiayaan Syariah DJPPR Dwi Irianti Hadiningdyah (kiri) saat meluncurkan Sukuk Tabungan ST-003 di Jakarta, Jumat (1/2/2019)./ANTARA-Dhemas Reviyanto

Bisnis.com, JAKARTA - Minat investor terhadap Sukuk Ritel Seri SR012 diperkirakan akan tetap tinggi karena potensi return yang akan didapatkan.

Pemerintah resmi menetapkan besaran kupon SR012 sebesar 6,30 persen. Kupon yang ditawarkan sama dengan surat berharga negara (SBN) ritel sebelumnya, yakni SBR009. Namun, kupon SR012 lebih rendah bila dibandingkan dengan seri yang sama sebelumnya yakni SR011 sebesar 8,05 persen.

Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Ramdhan Ario Maruto mengatakan, minat investor terhadap sukuk ritel SR012 akan tetap tinggi. Hal tersebut terlihat dari animo investor yang cukup banyak memburu SBR009 pada pelelangan beberapa waktu lalu.

Salah satu faktor pendorong minat tersebut adalah potensi return yang akan didapatkan. Meskipun kupon yang ditawarkan mengalami penurunan, Ramdhan mengatakan return yang didapat dari instrumen ini akan lebih besar bila dibandingkan dengan bunga deposito bank.

"Selain itu, Sukuk Ritel ini juga bisa diperdagangkan (tradeable) yang menjadi keunggulan lain untuk investor yang ingin melakukan penjualan," katanya saat dihubungi pada Minggu (23/2/2020).

Selain itu, likuiditas pasar obligasi secara umum juga masih cukup baik. Hal ini akan menimbulkan keyakinan investor ritel terhadap sukuk ritel Indonesia.

Hal tersebut juga didukung oleh kondisi instrumen investasi lain sedang tidak kondusif. Pasar saham yang sedang goyah dan sejumlah kasus gagal bayar reksa dana membuat para investor mencari instrumen investasi yang lebih aman dan memiliki daya tahan tinggi.

Tingginya minat terhadap SR012 juga kemungkinan akan didorong oleh keinginan masyarakat untuk turut berkontribusi dalam pembangunan negara secara aktif dan nyata.

Menurutnya, dengan meningkatnya kesadaran masyarakat untuk ikut berkontribusi terhadap pembangunan negara membuat jumlah investor yang ikut berinvestasi pada obligasi ritel ini meningkat.

“Ini juga dapat menjadi sarana pembelajaran masyarakat terhadap pasar keuangan dan juga berinvestasi secara bijak,” ujarnya.

Hal serupa juga diungkapkan oleh Direktur PT Anugrah Mega Investama Hans Kwee. Menurutnya, risiko investasi pada instrumen ini pun terbilang lebih rendah bila dibandingkan dengan jenis investasi lain.

Tingginya minat investor juga akan didorong oleh tren penurunan suku bunga acuan yang dilakukan oleh Bank Indonesia. Kebijakan ini akan menurunkan yield dan mengerek naik harga yang dapat dimanfaatkan investor saat akan menjualnya.

Ia melanjutkan, saat ini instrumen sukuk lebih menarik bila dibandingkan dengan deposito bank. Tingkat return yang didapat investor dari instrumen obligasi seperti sukuk akan lebih tinggi bila dibandingkan dengan deposito.

"Risiko pada sukuk juga lebih kecil karena dijamin oleh Undang-Undang," jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper