Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Suku Bunga BI Turun, Pasar Obligasi Kian Semarak

Imbal hasil (yield) yang dimiliki pasar obligasi Indonesia saat ini merupakan salah satu yang terbaik di wilayah Asia. Hal ini semakin diperkuat dengan pemangkasan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia pada pekan lalu menjadi 4,75 persen.
ILUSTRASI OBLIGASI. Bisnis/Himawan L Nugraha
ILUSTRASI OBLIGASI. Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA - Prospek pasar obligasi Indonesia diperkirakan semakin cerah menyusul pemangkasan suku bunga acuan yang akan semakin mendorong potensi instrumen investasi ini.

Direktur PT Anugrah Mega Investama Hans Kwee mengatakan, sepanjang awal tahun 2020, pasar obligasi Indonesia terbilang kian atraktif di mata para investor. Hal tersebut terlihat dari jumlah penawaran pada lelang obligasi negara yang menunjukkan tren peningkatan.

Selain itu, imbal hasil (yield) yang dimiliki pasar obligasi Indonesia saat ini merupakan salah satu yang terbaik di wilayah Asia. Hal ini semakin diperkuat dengan pemangkasan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia pada pekan lalu menjadi 4,75 persen.

Kebijakan ini, lanjutnya, membuat daya tarik obligasi Indonesia semakin tinggi. Pasalnya, return yang didapatkan dari instrumen ini akan lebih tinggi bila dibandingkan dengan deposito bank.

"Bila dilihat dari suku bunga acuan saat ini, bunga deposito bank berbeda 125 bps yaitu di level 6 persen. Saat ini, yield obligasi di kisaran 6,3 persen, seharusnya investor semakin tertarik beralih ke obligasi," ujarnya saat dihubungi pada Minggu (23/2/2020) di Jakarta.

Hans melanjutkan, daya tarik ini menyebabkan banyaknya aliran modal asing (capital inflow) yang masuk melalui obligasi. Ia memperkirakan, tren ini akan tetap berlanjut selama beberapa waktu ke depan apabila kondisi pasar saham belum menunjukkan tren penguatan secara berkelanjutan.

"(Capital inflow) sepertinya akan banyak masuk dari obligasi, pemangkasan suku bunga acuan baru baru ini akan meningkatkan jumlah modal yang masuk," ujarnya.

Menurut data Asian Bonds Online hingga Kamis (20/2/2020), Indonesia menduduki posisi teratas dengan tingkat penurunan paling besar yakni 54,4 basis poin ke posisi 6,52 persen, sedangkan Vietnam turun 53,6 bps dan Thailand turun 38,8 bps.

Selanjutnya, Thailand turun 38,8 bps, Malaysia 37,4 bps, sedangkan Filipina dan Singapura turun sebesar 8,3 bps. Sementara itu, negara lainnya di Asia turut mengalami penurunan seperti Hongkong yang turun 44,8 bps, China 26 bps, Korea Selatan 14,2 bps, serta Jepang 2,8 bps.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper