Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sentimen Negatif Tahan Laju IHSG di Zona Merah Pagi Ini

Berdasarkan data Bloomberg, pergerakan IHSG terpantau melemah 0,21 persen atau 12,62 poin ke level 5.929,86 pada pukul 09.21 WIB, setelah dibuka di zona merah dengan pelemahan 0,03 persen atau 1,70 poin ke level 5.940,78.
Karyawan melintas didekat layar monitor perdagangan Indeks Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (17/2/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawan melintas didekat layar monitor perdagangan Indeks Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (17/2/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tertekan di zona merah pada awal perdagangan hari ini, Jumat (21/2/2020).

Berdasarkan data Bloomberg, pergerakan IHSG terpantau melemah 0,21 persen atau 12,62 poin ke level 5.929,86 pada pukul 09.21 WIB, setelah dibuka di zona merah dengan pelemahan 0,03 persen atau 1,70 poin ke level 5.940,78.

Pada perdagangan Kamis (20/2/2020), IHSG mengakhiri pergerakannya di level 5.942,49 dengan penguatan 0,23 persen atau 13,70 poin. Sepanjang pagi ini, IHSG bergerak pada kisaran 5.925,49-5.944,20.

Sebanyak 6 dari 9 sektor terpantau bergerak melemah pada Jumat pagi, dipimpin sektor aneka industri yang melemah 0,86 persen. Tiga sektor lainnya menguat, dipimpin oleh sektor infrastruktur yang naik 0,24 persen.

Sementara itu, sebanyak 94 saham menguat, 103 saham melemah, dan 485 saham stagnan dari 682 saham yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) yang masing-masing melemah 0,94 persen dan 0,44  persen menjadi penekan utama atas pelemahan IHSG pada pukul 09.24 WIB.

Tim analis PT Valbury Sekuritas Indonesia memprediksi berbagai sentimen negatif yang muncul di pasar membuat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Jumat (21/2/2020) sulit menanjak.

Valbury Sekuritas dalam laporannnya menyampaikan di tengah kondisi ekonomi global dengan ketidakpastian membuat Bank Indonesia (BI) akhirnya memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia dari 5,1-5,5 persen menjadi 5-5,4 persen. Penyebabnya, virus corona dinilai akan berdampak ke perekonomian dalam negeri.

Dari sisi pariwisata, wabah virus corona akan membuat Indonesia kehilangan devisa US$ 1,3 miliar. Hal ini seiring pelarangan penerbangan ke Cina.

Dari sisi perdagangan, Indonesia berpotensi kehilangan US$300 juta akibat gangguan logistik terhadap ekspor. BI juga memperkirakan dana investasi dari Cina menurun US$400 juta.

Kabar lain, BI memangkas bunga acuan sebesar 25 bps untuk menjaga daya tahan ekonomi dari dampak penyebaran virus korona. BI melakukan langkah preventif untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi domestik di tengah tertahannya prospek pemulihan ekonomi global akibat terjadinya Covid-19.

Sementara itu, sentimen pasar dari luar negeri adalah tentang Gedung Putih yang mengakui bahwa langkah agresif Presiden Amerika Serikat Donald Trump pada tahun lalu memicu perlambatan ekonomi dan investasi.

“Ketidakpastian ini utamanya disebabkan oleh negosiasi dagang yang telah menekan investasi,” paparnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper