Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Suku Bunga BI Turun, Pasar Obligasi Bakal Semarak

Penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) dinilai akan membuat pasar obligasi semakin menggeliat. Saat bunga acuan BI turun, imbal hasil obligasi juga diyakini bakal turut. Lalu, mengapa pasar obligasi bakal semarak?
ILUSTRASI OBLIGASI. Bisnis/Himawan L Nugraha
ILUSTRASI OBLIGASI. Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA – Penurunan suku bunga acuan yang dilakukan oleh Bank Indonesia (BI) dinilai akan membuat pasar obligasi Indonesia kian semarak.

Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus mengatakan, keputusan BI untuk menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin pada hari ini akan berdampak positif terhadap pasar obligasi Indonesia.

Hasil Rapat Dewan Gubernur BI hari ini memang memangkas suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) dari 5 persen menjadi 4,75 persen.

Nico menuturkan, penurunan suku bunga acuan akan berdampak pada kenaikan harga obligasi Indonesia. Pada saat yang sama, kebijakan ini juga akan mendorong penurunan imbal hasil atau yield obligasi.

“Saat ini imbal hasil obligasi seri 10 tahun berada di kisaran 6,47 persen. Kami memperkirakan angka ini dapat turun hingga 6,3 persen,” ujarnya kepada Bisnis, Kamis (20/2/2020) di Jakarta.

Selain itu, kebijakan ini juga akan meningkatkan minat investor, baik asing maupun domestik terhadap obligasi yang diterbitkan oleh Pemerintah Indonesia atau korporasi Indonesia. Nico menyebut, penurunan suku bunga acuan BI akan dipandang sebagai momentum yang tepat untuk mendulang banyak cuan.

Kendati demikian, Nico menilai penurunan suku bunga BI tidak akan akan serta merta mendorong pemerintah untuk menambah frekuensi penerbitan surat utang. Dia beralasan, penambahan jumlah lelang surat utang amat bergantung pada posisi defisit negara pada tahun 2020.

“Berkaca dari tahun-tahun sebelumnya, pemerintah cenderung lebih sering melakukan pembatalan pelelangan surat utang pada akhir tahun karena target pembiayaannya telah tercapai. Penambahan ini masih perlu melihat perkembangan ekonomi ke depannya,” jelas Nico.

Untuk diketahui, hingga saat ini setidaknya pemerintah sudah menggelar tiga kali lelang SUN dan mencetak penawaran lebih dari Rp90 triliun. Pada lelang terakhir 18 Februari 2020 lalu, jumlah penawaran yang masuk mencapai Rp127,1 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper