Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Saham Apple dan Indeks S&P 500 Jeblok, Virus Corona Jadi Pemicu

saham Apple Inc. merosot setelah menyatakan bahwa penjualannya akan meleset dari perkiraan. Pernyataan itu menakuti investor yang berharap dampak virus corona terhadap ekonomi bersifat terbatas.
Seorang petugas polisi yang mengenakan masker pelindung berjalan melewati toko Apple yang tutup di Shanghai, China, pada 5 Februari 2020./ Qilai Shen - Bloomberg
Seorang petugas polisi yang mengenakan masker pelindung berjalan melewati toko Apple yang tutup di Shanghai, China, pada 5 Februari 2020./ Qilai Shen - Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Eskalasi penyebaran virus corona masih menjadi sentimen utama yang memengaruhi pasar global, Selasa (18/2/2020) waktu setempat.

Dilansir Bloomberg, Selasa (19/2/2020) 00.00 WIB, saham Apple Inc. merosot setelah menyatakan bahwa penjualannya akan meleset dari perkiraan. Pernyataan itu menakuti investor yang berharap dampak virus corona terhadap ekonomi bersifat terbatas.

Indeks S&P 500 memperpanjang penurunan pada jeda perdagangan tengah hari. Indeks menuju penurunan terbesar dalam dua minggu karena produsen iPhone itu memberi peringatan akan gangguan produksi dan permintaan akibat penyebaran wabah corona. Pemasok Apple, termasuk Dialog Semiconductor Plc dan AMS AG, berkontribusi pada penurunan saham-saham di Eropa.

Di sisi lain, saham HSBC Plc. anjlok, bahkan menjadi yang terbesar dalam tiga tahun, setelah menyatakan bahwa pihaknya akan memangkas pekerja dalam upaya restrukturisasi, di samping juga mengantisipasi risiko penyebaran virus.

Sementara itu, kurs euro melemah setelah indeks kepercayaan investor Jerman anjlok. Harga minyak mentah turun menuju $51 per barel di New York dan emas menguat.

"Investor masih berusaha untuk menilai dampak virus corona terhadap perusahaan dan ekonomi, bahkan ketika tingkat pertumbuhan kasus di provinsi Hubei China, pusat penyakit itu, terus stabil. BHP Group mengatakan harga komoditas akan terpukul jika dampaknya melampaui akhir bulan depan," demikian tulis Bloomberg.

Jeff Mills, kepala investasi di Bryn Mawr Trust, mengatakan bahwa pasar memang masih cenderung mengabaikan apa yang terjadi dan dampak dari virus corona. Namun, dia menilai dampak wabah ini bisa berlangsung lebih lama.

"Pasar sebagian besar mengabaikan apa yang terjadi dengan coronavirus dalam hal apa dampaknya, tetapi saya tidak yakin itu sepenuhnya sesuai. Ini cenderung bersifat sementara dan ekonomi dapat bangkit kembali, tetapi ini berbeda dari apa yang kita lihat dengan SARS. Tiongkok adalah bagian yang lebih besar dari ekonomi global,” ujarnya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper