Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dampak Revisi Jumlah Korban Covid-19, Bursa Asia Melemah

Bursa saham di Asia melemah pada perdagangan Kamis (13/2/2020), karena investor mempertimbangkan implikasi lonjakan jumlah kasus virus corona (Covid-19) di provinsi Hubei China, setelah merevisi metodologi perhitungan kasus.
Bursa Saham Tokyo./Kiyoshi Ota - Bloomberg
Bursa Saham Tokyo./Kiyoshi Ota - Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham di Asia melemah pada perdagangan Kamis (13/2/2020), karena investor mempertimbangkan implikasi lonjakan jumlah kasus virus corona (Covid-19) di provinsi Hubei China, setelah merevisi metodologi perhitungan kasus.

Meskipun lonjakan jumlah kasus menekan optimisme sehari sebelumnya mengenai perlambatan jumlah infeksi, sejumlah analis masih berpandangan positif terhadap langkah-langkah pemerintah China untuk membendung wabah tersebut.

Indeks MSCI Asia Pacific di luar Jepang terpantau melemah 0,2 persen pada pukul 15.03 WIB. Sementara itu, indeks Topix dan Nikkei 225 Jepang ditutup melemah masing-masing 0,34 persen dan 0,14 persen.

Di China, indeks Shanghai Composite dan CSI 300 ditutup melemah 0,71 persen dan 0,62 persen, sedangkan indeks Hang Seng di Hong Kong turun 0,34 persen dan indeks Kospi Korea Selatan melemah 0,24 persen.

Sentimen investor sebelumnya sempat membaik di tengah spekulasi bahwa dampak dari wabah Covid-19 terhadap pertumbuhan global tidak akan berlangsung lama. Sejumlah indeks mampu menguat pada perdagangan kemarin, Rabu (12/2).

Namun sentimen berubah setelah pemerintah kota Hubei, yang menjadi pusat penyebaran virus di China, melaporkan hampir 15.000 kasus baru setelah merevisi datanya untuk memasukkan kasus-kasus "yang didiagnosis secara klinis" dalam pengungkapan hariannya.

"Tepat ketika pasar merasa nyaman dengan gagasan bahwa peningkatan infeksi Covid-19 cenderung lebih rendah, lonjakan tiba-tiba dalam jumlah kasus baru di Hubei telah menyentak mereka keluar dari rasa puas diri ini," kata Khoon Goh, riset di Australia & New Zealand Banking Group Ltd, seperti dikutip Bloomberg.

Sebaliknya, Andrew Collier, direktur pelaksana di Orient Capital Research di Hong Kong, mengatakan “Kami tahu bahwa ada banyak pengujian buruk yang sedang terjadi, dan ada banyak laporan yang tidak dilaporkan. Jadi mereka sebenarnya mulai melaporkan angka actual."

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper