Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah melemah di bawah US$ 50 per barel ke level terendah dalam lebih dari satu tahun karena prospek pertemuan darurat OPEC+ memudar, meningkatkan kekhawatiran kelebihan pasokan karena coronavirus menekan permintaan global.
Dilansir dari Bloomberg, minyak mentah West Texas Intermediate untuk kontrak Maret melemah 0,75 poin ke level US$ 49,57 per barel di New York Mercantile Exchange.
Sementara itu, minyak Brent untuk pengiriman April turun 1,20 poin ke level US$53,27 per barel di ICE Futures Europe exchange yang berbasis di London.
Menteri energi Azerbaijan mengatakan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) tidak mungkin bertemu pada Februari untuk membahas dampak 2019 novel coronavirus (2019-nCov) di pasar minyak.
"Virus corona telah mengejutkan sistem dan pasar sedang melihat apa yang terjadi dengan OPEC+," kata Scott Bauer, CEO Prosper Trading Academy, seperti dikutip Bloomberg.
“WTI mendekati level support kritis US$48, sedangkan spread Brent telah menurun dari level tertinggi di bulan Januari. Ini badai yang sempurna."
Baca Juga
OPEC dan sekutunya tengah untuk mencapai konsensus tentang bagaimana menanggapi wabah coronavirus yang telah mengirim harga minyak jatuh ke posisi terendah dalam satu tahun di tengah penurunan permintaan.
Komite teknis OPEC mengusulkan pembatasan produksi sebanyak 600.000 barel per hari selama kuartal kedua. Arab Saudi telah menjadi advokat terkuat untuk proposal tersebut dengan dukungan dari Iran dan Bahrain.
Di sisi lain, Rusia sebagai produsen minyak mentah terbesar non-OPEC, belum mengumumkan apakah mereka akan mendukung kebijakan tersebut.
Tanda Peringatan
Struktur pasar berjangka juga mengungkapkan tanda-tanda kelebihan pasokan karena penurunan harga minyak mentah yang cepat sekarang meluas hingga kontrak Oktober.
"Kami telah melihat kehancuran sejak awal Januari," kata Muhammed Ghulam dari Raymond James.
Angka kematian virus corona kini telah melebihi SARS pada tahun 2002-2003. Wabah itu telah memangkas permintaan minyak China hingga 3,2 juta barel per hari, menurut perkiraan konsultan industri FGE.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel