Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Valuasi Masih Murah, Binaartha Jagokan Saham PT Phapros (PEHA)

Emiten farmasi akan mendapat benefit bila pengananan virus corona menemui titik terang. Emitan farmasi pelat merah juga akan diuntungkan dengan kehadiran holding BUMN farmasi.
Direktur Utama PT Phapros Tbk. Barokah Sri Utami (tengah) dalam public expose pada Kamis (14/3/2019)./Bisnis/Azizah Nur Alfi
Direktur Utama PT Phapros Tbk. Barokah Sri Utami (tengah) dalam public expose pada Kamis (14/3/2019)./Bisnis/Azizah Nur Alfi

Bisnis.com, JAKARTA - PT Binaartha Sekuritas menjagokan saham PT Phapros Tbk. di antara jajaran saham emiten farmasi pada perdagangan hari ini, Senin (10/2/2020).

Analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji Gusta Utama mengatakan valuasi saham Phapros cukup menarik karena tidak terlalu mahal dibandingkan dengan emiten farmasi lain. Dia menyebut, rata-rata rasio harga saham terhadap laba perusahaan atau price to earning ratio (PER) beberapa emiten farmasi sudah terlalu tinggi. 

"Secara fundamental, itu valuasinya [emiten farmasi] mahal kecuali PEHA, PER (price to earning ratio)-nya 10 kali, sudah dianggap atraktif," ungkap Nafan kepada Bisnis.com pada Minggu (9/2/2020). 

Sebagai perbandingan, rasio PER PT Kalbe Farma Tbk. (KLBF) sudah mencapai 26,98 kali sedangkan rasio PER PT Kimia Farma (Persero) Tbk. (KAE) tercatat 92,61 kali. Adapun, rasio PER PEHA hanya 10,26 kali.

Nafan merekomendasikan akumulasi beli untuk saham PEHA dengan target harga Rp1.530. Sementara itu, untuk tiga emiten farmasi lainnya, yaitu KLBF, KAEF, dan PT Indofarma (Persero) Tbk. (INAF) Nafan menyarankan investor untuk menahan (hold) dengan target harga masing-masing Rp1.270, Rp430 dan Rp880.

Di sisi lain, emiten farmasi menurut Nafan bakal mendapat sentimen positif jika upaya penanganan virus corona menemui titik terang. Saat itu terjadi, permintaan terhadap industri farmasi kemungkinan besar akan meningkat. 

Di samping itu, emiten farmasi pelat merah juga dinilai akan mendapat benefit dari penunjukkan PT Bio Farma (Persero) sebagai perusahaan induk atau holding farmasi. Dia beralasan, holding diharapkan bisa mencapai salah tujuan pembentukannya yaitu menurunkan ketergantungan terhadap impor bahan baku.

Sebelumnya, Direktur Utama PT Bio Farma (Persero) Honesti Basyir mengatakan, 90% dari kebutuhan dalam negeri masih diimpor. Dalam 2 tahun ke depan, porsi impor diproyeksikan turun menjadi 75%. Holding BUMN farmasi menargetkan pendapatan senilai Rp16,8 triliun pada 2020 dan siap menggelontorkan dana belanja modal Rp3 triliun untuk ekspansi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper