Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

15 Emiten Emisi Saham Baru, Analis Sebut Ada Pembeli Siaga

Dari 15 emiten yang bersiap menghimpun dana dari pasar modal pada 2020 ini, TPIA akan menjadi emiten dengan target perolehan terbesar.
Pekerja beraktivitas di proyek pembangunan pabrik Polyethylene (PE) baru berkapasitas 400.000 ton per tahun di kompleks petrokimia terpadu PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (CAP), Cilegon, Banten, Selasa, (18/6/2019)./Bisnis-Triawanda Tirta Aditya
Pekerja beraktivitas di proyek pembangunan pabrik Polyethylene (PE) baru berkapasitas 400.000 ton per tahun di kompleks petrokimia terpadu PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (CAP), Cilegon, Banten, Selasa, (18/6/2019)./Bisnis-Triawanda Tirta Aditya

Bisnis.com, JAKARTA – Sejumlah emiten tetap percaya diri menghimpun dana dari pasar modal baik melalui aksi right issue maupun private placement.

Berdasarkan catatan Bisnis, emiten yang akan melakukan right issue antara lain PT Cita Mineral Investindo Tbk. (CITA), PT Chandra Asri Tbk. (TPIA), dan PT Phapros Tbk. (PEHA) senilai Rp1,1 triliun.

Sementara itu, emiten yang akan melakukan private placement antara lain PT Estika Tata Tiara Tbk. (BEEF), PT Bukit Uluwatu Villa Tbk. (BUVA), dan PT Perdana Bangun Pusaka Tbk. (KONI).

Salah satu emiten yang akan menggalang modal dari pasar modal yakni PT Chandra Asri Petrochemical Tbk. (TPIA). Pabrik kongsi antara taipan Prajogo Pangestu dengan SGC Chemicals milik Kerajaan Thailand itu baru saja mendapatkan restu dari pemegang saham untuk melepas sebanyak-banyaknya 7,1 miliar saham. Aksi tersebut diyakini akan menjadi aksi right issue terjumbo pada tahun ini.

Direktur Chandra Asri Petrochemical Suryandi mengatakan bahwa dana yang yang diperoleh dari HMETD akan digunakan perseroan seluruhnya untuk memperkuat kondisi keuangan dan belanja modal sehubungan dengan rencana perseroan untuk menambah kapasitas produksi Chandra Asri atau anak usahanya.

Dana segar tersebut juga termasuk untuk membiayai konstruksi dan operasional komplek petrokimia baru, CAP II, yang masih dalam tahap pembangunan. Proyek tersebut membutuhkan investasi sebesar US$5 miliar atau setara dengan Rp68,63 triliun (dengan asumsi kurs Rp13.762 per dolar AS).

Head of Research Analyst FAC Sekuritas Wisnu Prambudi Wibowo mengatakan bahwa hingga paruh pertama tahun ini, pihaknya melihat pasar akan diramaikan oleh aksi korporasi dari beberapa emiten.

Menurut Wisnu, setidaknya terdapat 15 emiten yang akan melakukan penggalangan dana pada semester I/2020 baik melalui right issue maupun private placement dengan tujuan pelaksanaan yang berbeda. Sejumlah emiten melaksanakan penambahan saham untuk ekspansi hingga memenuhi kewajiban free float pasar sebesar 7,5 persen. Free float merupakan jumlah minimal saham milik masyarakat yang harus dicatatkan di Bursa Efek Indonesia.

Dia mengatakan, jika melihat dari kondisi pasar saat ini seiring dengan sentimen penyebaran virus corona yang membawa Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ke bawah level psikologis 6.000 pada akhir Januari, masih terdapat peluang aksi penghimpunan dana ini berhasil dan terserap investor.

“Kalau bicara dunia usaha sebenarnya tidak ada waktu yang benar-benar tepat dan baik untuk menggalang dana karena memang sudah harus dilakukan seiring dengan kebutuhan dana segar untuk ekspansi atau penyehatan kinerja keuangannya,” ujar Wisnu saat dihubungi Bisnis, Sabtu (7/2/2020).

Dia menilai ramainya aksi galang dana di pasar pada paruh pertama tahun ini mungkin juga disebabkan oleh beberapa emiten sesungguhnya yang telah menahan aksi ini sejak tahun lalu mengingat 2019 merupakan tahun politik.

Adapun, skenario terburuk dari setiap emiten yang melakukan aksi tersebut saat ini adalah tidak maksimalnya penyerapan penerbitan saham baru sehingga tidak akan sesuai dengan ekspektasi emiten.

Namun, dia menjelaskan bahwa beberapa emiten yang percaya diri melakukan aksi korporasi itu saat ini tampaknya telah mengantongi investor strategis sebelumnya.

“Karena akan sulit kalau hanya ingin mengandalkan investor ritel. Di tengah situasi pasar seperti ini, mereka [investor ritel] cenderung memegang cash ketimbang mengalokasikannya ke aset investasi,” jelas Wisnu.

Di sisi lain, Wisnu mengatakan bahwa prospek penggalangan dana tersebut sepanjang tahun ini masih cukup baik. Emiten dinilai harus jeli melihat segala tantangan dan peluang yang ada pada tahun ini.

Wisnu menilai tantangan dalam jangka pendek adalah perkembangan virus corona yang penyebarannya hingga saat ini belum mereda dan terus menjauhkan investor dari aset berisiko. Selain itu, isu geopolitik dari Timur Tengah yang masih memanas juga menjadi katalis negatif.

Kendati demikian, peluang yang harus dilihat adalah membaiknya hubungan dagang AS dan China setelah diraihnya kesepakatan dagang tahap pertama yang membuat pertumbuhan ekonomi global pada tahun ini diyakini akan tumbuh baik.

“Mungkin kalau untuk sektor yang terdampak langsung sentimen virus corona seperti di sektor pariwisata harus wait and see terlebih dulu sebelum melakukan right issue atau private placement,” ungkapnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Finna U. Ulfah
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper