Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Diprediksi Bergerak pada Rentang Rp13.680-Rp13.777 per USD

Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan hal ini dipicu beberapa faktor, antara lain kekhawatiran pasar terhadap penyebaran virus Corona yang belum sepenuhnya reda.
Karyawan bank memperlihatkan uang pecahan Dolar AS dan Rupiah di Jakarta, Senin (7/1/2019)./ANTARA-Rivan Awal Lingga
Karyawan bank memperlihatkan uang pecahan Dolar AS dan Rupiah di Jakarta, Senin (7/1/2019)./ANTARA-Rivan Awal Lingga

Bisnis.com, JAKARTA – Pada perdagangan kemarin, Selasa (4/2), rupiah ditutup menguat tipis di level 13.722. Pada pembukaan hari ini, Rabu (5/2/2020), rupiah berpotensi dibuka melemah tapi diprediksi akan menguat pada penutupan di range 13.680-13.777.

Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan hal ini dipicu beberapa faktor, antara lain kekhawatiran pasar terhadap penyebaran virus Corona yang belum sepenuhnya reda. Apalagi jumlah kasus Corona masih terus bertambah, mendekati 20.000 kasus dengan lebih dari 420 orang meninggal dunia.

Kekhawatiran baru juga muncul mengenai hubungan Inggris dengan Uni Eropa pasca-Brexit. Perdana Menteri Boris Johnson menetapkan syarat-syarat berat untuk pembicaraan Brexit dengan Uni Eropa.

“Ini menyalakan kembali ketakutan Inggris akan mencapai akhir dari periode transisi 11 bulan tanpa menyetujui kesepakatan perdagangan,” tutur Ibrahim dalam keterangan tertulisnya, seperti dikutip Bisnis, Rabu (5/2/2020).

Di sisi lain, tambahnya, Bank Rakyat Tiongkok memangkas suku bunga dana sebesar 10 basis poin pada hari Senin dan mengatakan akan menyuntikkan 1,2 triliun yuan ($ 174 miliar) ke dalam sistem keuangan karena bank sentral berupaya untuk memastikan likuiditas yang cukup.

“Meskipun bukan pendorong terarah, Indeks Manajer Pembelian Manufaktur Caixin / Markit turun menjadi 51,1 dari 51,5 pada Desember, kehilangan harapan tetapi tetap di atas tanda 50 yang memisahkan pertumbuhan dari kontraksi untuk bulan keenam berturut-turut,” jelas Ibrahim.

Indeks manufaktur ISM untuk Januari juga menunjukkan kenaikan ke 50,9, mengalahkan ekspektasi 48,5. Angka di atas 50 dalam indeks ISM menunjukkan ekspansi di bidang manufaktur, yang menyumbang sekitar 12 persen dari ekonomi A.S. artinya aktivitas pabrik AS tiba-tiba rebound pada Januari setelah mengalami kontraksi selama lima bulan berturut-turut di tengah lonjakan pesanan baru.

Dari domestik, Badan Pusat Statistik (BPS) dijadwalkan merilis data pertumbuhan ekonomi kuartal IV-2019 hari ini. Prediksi para analis memperkirakan pertumbuhan ekonomi akan berkontraksi alias tumbuh negatif 1,67 persen secara kuartalan.Secara tahunan atau year-on-year (YoY), pertumbuhan ekonomi Oktober-Desember 2019 diperkirakan 5,04 persen. Ini membuat pertumbuhan ekonomi 2019 secara keseluruhan adalah 5,035 persen.

“Akan tetapi banyak pengamat yang mengatakan bahwa 5,035 persen itu melambat kalau dilihat dari PDB tahun sebelumnya di 5,175 persen. Namun di saat ekonomi global bergejolak akibat perang dagang dan Brexit, PDB di 5,035 persen merupakan level yang cukup bagus dan ini pembuktian bahwa mempertahankan PDB diatas 5 persen di saat seperti ini sangat menggembirakan,” tutup Ibrahim.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper