Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Awal Tahun, Kinerja Reksa Dana Dibayangi Net Redemption

Tren penurunan kinerja diperkirakan akan terus berlangsung dalam tiga bulan pertama 2020.
Siluet karyawan di dekat layar monitor pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (13/6/2019)./Bisnis-Nurul Hidayat
Siluet karyawan di dekat layar monitor pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (13/6/2019)./Bisnis-Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA  - Kinerja reksa dana diperkirakan masih akan dibayangi aksi penjualan bersih atau net redemption sebagai buntut dari sentimen negatif yang menyeret institusi keuangan di awal tahun.

Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan, sepanjang Januari 2020, penjualan reksa dana mencapai Rp62,4 triliun sedangkan pembelian tercatat Rp56,23 triliun. Walhasil, kinerja reksa dana mencetak net redemption sebesar Rp6,17 triliun.

Head of Investment Research Infovesta Wawan Hendrayana mengatakan net redemption terjadi akibat pembubaran beberapa produk reksa dana dan pembekuan lebih dari seribu rekening efek. Hal ini memicu investor yang khawatir untuk melakukan aksi jual.

Wawan menambahkan, rekening yang dibekukan bukan hanya rekening saham, melainkan juga rekening single investor identification atau SID. Pembekuan rekening SID membuat investor tidak bisa melakukan transaksi apapun, termasuk mencairkan reksa dana. 

"Ini jadi preseden juga, investor bisa aja gak bisa redeem reksadana kalau SID-nya dibekukan terkait kasus lain. Itu membuat beberapa investor kurang nyaman dan mereka redeem duluan, tapi ini masih hipotesis, saya harus lihat datanya," tuturnya saat dihubungi Bisnis, Selasa (4/2/2020).

Sejalan dengan terjadinya net redemption, dana kelolaan reksadana juga menyusut. Per 31 Januari 2020, dana kelolaan reksa dana tercatat Rp537,27 triliun, turun dibandingkan posisi 2019 sebesar Rp542 triliun.

Wawan memprediksi tren penurunan akan terus berlangsung setidaknya dalam tiga bulan pertama 2020. Dia beralasan, penanganan kasus-kasus yang menimpa manajer investasi masih akan bergulir dalam beberapa waktu ke depan. Terlebih, sentimen wabah virus corona di China masih membayangi kinerja pasar modal di dalam negeri.

"Memang awalnya soal kesehatan, tapi sekarang sudah muncul potensi perlambatan ekonomi [China] jadi efeknya ke Indonesia," terangnya.

Kendati dibayangi sentimen negatif, Wawan menilai potensi rebound masih terbuka lebar, terutama jika sentimen wabah virus corona mereda. Berkaca pada wabah serupa seperti SARS (severe acute respiratory syndrome) dan Flu Burung, kinerja pasar modal bakal berbalik hijau bila wabah tersebut berangsur bisa ditangani.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Rivki Maulana
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper