Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Strategi Investasi Saat Pasar Saham Lesu

Pada penutupan perdagangan Senin (3/2/2020), IHSG terkoreksi 0,94 persen atau 55,88 poin menjadi 5.884,17. Ini menjadi level terendah sejak 17 Mei 2019, dimana saat itu indeks berada di posisi 5.826,87. Artinya, IHSG berada di level terendah sejak 8 bulan terakhir.
Pengunjung berada di sekitar layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) Jakarta, Rabu (29/1/2020). JIBI/Bisnis/Himawan L Nugraha
Pengunjung berada di sekitar layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) Jakarta, Rabu (29/1/2020). JIBI/Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA – Sejumlah analis merekomendasikan investor melakukan aksi buy on weakness (bow) terhadap sejumlah saham dan mendiversifikasi aset seiring dengan anjloknya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ke level terendah dalam 8 bulan terakhir.

Pada penutupan perdagangan Senin (3/2/2020), IHSG terkoreksi 0,94 persen atau 55,88 poin menjadi 5.884,17. Ini menjadi level terendah sejak 17 Mei 2019, dimana saat itu indeks berada di posisi 5.826,87. Artinya, IHSG berada di level terendah sejak 8 bulan terakhir.

Kepala Riset Mirae Asset Sekuritas Hariyanto Wijaya menyampaikan investor dapat melakukan aksi buy on weakness (BoW) saham, karena pelemahan pasar akibat dampak virus Corona diperkirakan hanya sementara.

Dalam waktu dekat, investor juga dapat masuk ke sektor saham defensif seperti konsumsi dan perbankan, yang lebih mengandalkan kinerja dari pasar di dalam negeri.

“Dampak Corona membuat investor risk off [menghindari aset berisiko], sehingga IHSG turut terdampak. Kami perkirakan dampak ini hanya sementara, masih ada potensi pulih. [Investor] bisa pilih saham yang defensif dengan mengandalkan pasar domestik,” tuturnya saat dihubungi, Senin (3/2/2020).

Berdasarkan data IDX, dari 9 sektor saham yang menjadi komponen pembentuk IHSG, konsumsi (JAKCONS) dan finansial (JAKFIN) mengalami penurunan terendah secara year to date (ytd) dibandingkan sektor lainnya, yakni masing-masing sebesar 3,74 persen dan 3,24 persen.

Pelaku pasar dapat membandingkan efek Corona saat ini dengan kasus SARS yang berlangsung pada November 2002—Juli 2003. Setelah risiko SARS berangsur berkurang, IHSG justru bangkit pada kuartal II/2003.

Di samping memilih saham yang cenderung defensif, sambung Hariyanto, pelaku pasar juga dapat memilih sejumlah saham unggulan Mirae, seperti BBCA, UNVR, INDF, JPFA, MAPI, ITMG, ANTM, dan WIKA.

Kepala Riset MNC Sekuritas Edwin Sebayang menyampaikan ada beberapa poin yang dapat diperhatikan investor dalam mengantisipasi kondisi saat ini. Pertama, pilihlah saham yang memberikan dividen yield tinggi.

Kedua, investor dapat masuk ke saham yang akan melakukan aksi korporasi, sehingga dapat menaikkan pendapatan dan laba emiten tersebut. Ketiga, jauhi saham yang buruk dalam GCG (Good Corporate Governance), terlibat atau dimiliki oleh manajer investasi yang bermasalah, serta berkaitan dengan kasus Jiwasraya dan Asabri.

Ada sejumlah saham yang dapat dipertimbangkan untuk dibeli karena memenuhi ketiga kriteria di atas, yakni BRPT, ITMG, CPIN, HMSP, GGRM, BBRI, BMRI, MNCN, TLKM, dan UNVR.

“Tentunya saham di luar daftar juga bisa dipertimbangkan. Yang penting perhatikan faktor-faktor tersebut. Selain itu, investor juga dapat masuk ke aset aman seperti emas,” ujarnya.

Harga emas memang terlihat cukup mengilap sepanjang 2020. Pada Kamis (2/1/2020), harga emas Antam berada di level Rp762.000 per gram, dengan harga jual kembali (buyback) Rp678.000 per gram.

Adapun, pada perdagangan Senin (3/2/2020), harga emas Antam dibanderol Rp779.000 per gram dengan harga buyback Rp696.000 per gram.

Direktur Anugerah Mega Investama Hans Kwee mengatakan dampak virus Corona membuat pasar khawatir, sehingga menghindar dari pasar saham. Oleh karena itu, indeks berpeluang menuju kisaran level 5.700.

“Namun demikian, penurunan tersebut hanya sementara. Investor dapat masuk ke saham-saham bagus yang harganya sudah terbanting, terutama perbankan seperti BMRI, BBRI, BBNI,” imbuhnya.

Selain itu, investor dapat memilih aset yang minim risiko seperti emas, obligasi terutama yang berasal dari pemerintah, dan reksa dana pendapatan tetap.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hafiyyan
Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper