Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Wall Street Rebound, Investor Tetap Gelisah

Tiga indeks saham utama di bursa Wall Street Amerika Serikat (AS) berhasil bangkit dari pelemahannya dan berakhir menguat pada perdagangan Senin (3/2/2020), di tengah kekhawatiran mengenai dampak wabah virus corona.
Aktivitas masyarakat terlihat di salah satu sudut pusat keuangan dunia, Wall Street di New York, Amerika Serikat/Bisnis-Stefanus Arief Setiaji
Aktivitas masyarakat terlihat di salah satu sudut pusat keuangan dunia, Wall Street di New York, Amerika Serikat/Bisnis-Stefanus Arief Setiaji

Bisnis.com, JAKARTA – Tiga indeks saham utama di bursa Wall Street Amerika Serikat (AS) berhasil bangkit dari pelemahannya dan berakhir menguat pada perdagangan Senin (3/2/2020), di tengah kekhawatiran mengenai dampak wabah virus corona.

Indeks S&P 500 berakhir menanjak 0,73 persen di level 3.248,92, indeks Nasdaq Composite naik tajam 1,34 persen ke level 9.273,40, dan indeks Dow Jones Industrial Average ditutup naik 0,51 persen di posisi 28.399,81.

Dilansir dari Bloomberg, indeks S&P 500 menguat setelah pemerintah China menambahkan stimulus dalam upaya menopang perekonomiannya dan data manufaktur Amerika melampaui estimasi.

Meski rebound, S&P 500 masih mencatat penurunan lebih dari 2 persen sejak kekhawatiran atas virus mematikan tersebut dimulai hampir dua pekan lalu, dan mengakhiri sesi perdagangan Senin di bawah level tertingginya. Penguatan indeks didorong saham teknologi, sementara saham perusahaan energi dan industri merosot.

Kembalinya minat investor terhadap ekuitas AS namun tidak menjalar ke seluruh aset. Obligasi Treasury AS mengalami sedikit penurunan, sedangkan kontrak berjangka minyak dan tembaga terus turun di London.

Sementara itu, saham-saham di Shanghai mencatat kemerosotan tertajam sejak 2015 karena ekonomi negara ini terdampak wabah virus corona jenis baru yang telah merenggut sedikitnya 360 nyawa dan menginfeksi belasan ribu orang.

“Dalam jangka pendek, pasar ekuitas menghadapi risiko dan kami belum melihat jenis penurunan yang pernah dilihat selama SARS [penyakit sindrom pernapasan akut parah pada 2003],” tutur Ed Campbell, manajer portofolio dan direktur pelaksana di QMA.

“Berdasarkan pengalaman, aset-aset berisiko tidak mencapai bottom [titik terbawah] hingga jumlah bersih dari kasus baru memuncak. Sementara itu, tidak jelas bahwa kita telah mencapai titik tersebut,” terangnya.

Penyebaran virus corona tetap membuat investor gelisah setelah pasar ekuitas AS mengalami pekan terburuk sejak Agustus pada akhir Januari, karena kekhawatiran dampak penyebaran virus terhadap pertumbuhan ekonomi.

Di China, People's Bank of China (PBOC) menyuntikkan uang tunai ke dalam sistem keuangan pada Senin (3/2) sebagai bagian dari serangkaian langkah untuk menopang pasar keuangan mereka.

PBOC menginjeksi dana 900 miliar yuan atau US$129 miliar dengan seven-day reverse repurchase agreements sebesar 2,4 persen, juga suntikan 300 miliar yuan atau US$45 miliar dengan 14-day contracts sebesar 2,55 persen.

Pihak otoritas telah berjanji untuk menyediakan likuiditas berlimpah dan mendesak investor untuk mengevaluasi dampak virus corona secara objektif.

Sejalan dengan Wall Street, indeks Stoxx Europe 600 naik 0,3 persen namun indeks MSCI Emerging Market terkoreksi 0,1 persen.

Pergerakan Bursa Wall Street 3 Februari

Indeks

Level

Perubahan (persen)

Dow Jones

28.399,81

+0,51

S&P 500

3.248,92

+0,73

Nasdaq

9.273,40

+1,34

Sumber: Bloomberg

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper