Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Walau Diguyur Dana Segar, Bursa Saham China Tetap Rontok

Hari pertama perdagangan bursa saham China sejak ditutup pada 23 Januari 2020 anjlok 8%.
Ilustrasi. Bursa saham China./ Qilai Shen- Bloomberg
Ilustrasi. Bursa saham China./ Qilai Shen- Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Hari pertama perdagangan bursa saham China, sejak ditutup pada 23 Januari 2020 karena perayaan Imlek, anjlok 8 persen.

Indeks CSI 300 untuk perusahaan yang terdaftar di Shanghai dan Shenzhen ditutup 7,9 persen lebih rendah setelah jatuh sebesar 9,1 persen. Penurunan dipicu oleh produsen telekomunikasi, teknologi dan komoditas. 

Shanghai Composite Index turun 7,7 persen. Sementara itu, harga komoditas berjangka dari bijih besi hingga minyak mentah tenggelam, sedangkan yuan melemah melewati level kunci terhadap dolar.

People's Bank of China (PBOC) sebelumnya berupaya menenangkan pasar dengan memberikan suntikan likuiditas ke pasar uang. PBOC juga memotong suku bunga pinjaman sebesar 10 basis poin dan membatasi beberapa penjualan oleh broker.

Namun, tampaknya kekhawatiran mengenai bertambahnya jumlah korban akibat wabah virus corona lebih kuat mempengaruhi pasar. Banyak saham langsung turun mencapai batas penurunan harian yang diperbolehkan bursa, hampir 3.500 saham rontok.

Di sisi lain skala wabah tetap sulit diprediksi, dan ada keraguan hal itu akan berdampak besar pada China yang adalah kekuatan ekonomi terbesar kedua di dunia, setidaknya dalam jangka pendek.

"Pandemi ini bukanlah sesuatu yang hanya akan berdampak pada pasar untuk beberapa hari saja. Hal itu akan berlangsung lebih lama," kata Sun Jianbo, presiden China Vision Capital di Beijing, dilansir Bloomberg.

Efek virus corona terasa di seluruh bursa di China. Harga bijih besi berjangka China yang jadi patokan menurun hingga batas hariannya 8 persen, sedangkan harga minyak mentah dan minyak sawit ikut tenggelam.

Imbal hasil obligasi pemerintah tenor 10 tahun yang paling aktif diperdagangkan di China turun terbesar sejak 2014. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Reni Lestari

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper