Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

IPC Incar Saham Anak Usaha Krakatau Steel (KRAS)

Untuk melunasi utang, Krakatau Steel (KRAS) berniat melego saham anak usahanya. Namun, divestasi bukan satu-satunya cara untuk meraih dana segar.
Pelabuhan Cigading/Ilustrasi-panoramio.com
Pelabuhan Cigading/Ilustrasi-panoramio.com

Bisnis.com, JAKARTA – Rencana divestasi anak usaha PT Krakatau Steel (KRAS) disambut hangat kalangan operator pelabuhan. PT Pelabuhan Indonesia II (Persero)/Indonesia Port Corporation mengaku tengah melakukan penjajakan untuk mengakuisisi anak usaha Krakatau Steel, yaitu PT Krakatau Bandar Samudera (KBS).

Direktur Komersial IPC, Arif Suhartono mengatakan rencana akuisisi saham KBS menjadi salah satu agenda utama perseroan pada 2020. Saat ini, perseroan masih masih melakukan pembahasan dengan Krakatau Steel terkait valuasi dan proporsi saham yang akan diambil alih. 

"Rencana pembelian saham KBS masih menjadi agenda IPC. Kami masih menunggu laporan keuangan KBS tahun 2019 untuk dijadikan bahan valuasi KBS," ujarnya kepada Bisnis, Senin (3/1/2020).

Menurut Arif, pihaknya belum bisa mengungkapkan dana yang disiapkan untuk akuisisi saham KBS. Hal ini tak lepas dari proses valuasi yang belum tuntas. Di samping itu, berapa jumlah saham KBS yang akan diakuisisi IPC juga belum terang.

Kendati demikian, IPC mengaku optimis kemampuan keuangan perseroan cukup untuk merealisasikan rencana akuisisi saham KBS. Dalam catatan Bisnis.com, rencana akuisisi KBS sudah berlangsung sejak 2018.

Bagi IPC, KBS merupakan pelabuhan strategis karena berdekatan dengan Pelabuhan Ciwandan yang dikelola perseroan. Pelabuhan Cigading yang dikelola KBS merupakan salah salah satu pelabuhan curah kering terbesar di Indonesia dengan kapasitas 25 juta ton. 

Pelabuhan Cigading  juga menjadi pintu gerbang arus barang curah seperti baja, semen, gula, biji-bijian, dan pupuk. Pada 2017, volume bongkar muat di Pelabuhan Cigading mencapai 17,66 juta ton dengan kunjungan kapal sebanyak 633 unit. 

Sementara itu, bagi Krakatau Steel, dana hasil pelepasan anak usaha akan menjadi tambahan dana segar untuk melunasi pinjaman. Dihubungi terpisah, Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Budi Gunadi Sadikin mengatakan setelah restrukturisasi utang selesai, Krakatau Steel harus berfokus untuk melakukan pelunasan skema trenche B.

“Intinya Krakatau Steel harus melunasi trenche B dari utangnya. Dia harus melakukan pelunasan US$300 juta, untuk trenche B-nya tahun ini, mereka sedang mengkaji cara mana yang paling efisien dan cepat, agar memberikan hasil maksimal,” jelas mantan Dirut bank Mandiri tersebut di Jakarta, Senin (3/2/2020).

Menurut Budi, divestasi bukan satu-satunya cara untuk mendapatkan dana segar yang akan dipakai melunasi utang. Dia mengungkapkan, dana segar juga bisa didapat dari pelepasan saham ke publik melalui penawaran umum perdana atau IPO.

Untuk diketahui, pekan lalu Krakatau Steel baru saja menyepakati perjanjian restrukturisasi utang dengan sepuluh kreditor. Restrukturisasi dibagi ke dalam tiga skema, yaitu Tranche A dan Tranche C2 senilai masing-masing US$220 juta dan US$262 juta dengan tenor 9 tahun, Trance B senilai US$735 juta dengan tenor 3 tahun, dan Tranche C1 senilai US$789 juta dengan tenor 9 tahun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Rivki Maulana
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper