Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pelemahan IHSG Jadi Momen Pilih Saham Murah

Analis menilai sentimen ini dapat dijadikan momentum bagi invetor untuk melakukan aksi beli karena harga tengah berada di level rendah.
Pengunjung menggunakan ponsel memotret papan elektronik yang menampilkan pergerakan harga saham di Jakarta, Jumat (31/1/2020). Bisnis/Dedi Gunawan
Pengunjung menggunakan ponsel memotret papan elektronik yang menampilkan pergerakan harga saham di Jakarta, Jumat (31/1/2020). Bisnis/Dedi Gunawan

Bisnis.com, JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terjun menembus level 6.000, atau level terendah sejak Mei 2019. Kendati demikian, analis menilai ini adalah momentum investor untuk melakukan aksi beli ketika harga rendah.

Berdasarkan data Bloomberg, pada penutupan perdagangan Jumat (31/1/2020), IHSG turun 1,94 persen atau 117,5 poin menjadi 5.940. Penutupan IHSG kali ini pun menjadi penutupan terendah sejak 8 bulan terakhir.

Adapun sepanjang Januari 2020, IHSG telah terdepresiasi 5,71 persen menjadi kinerja Januari terburuk IHSG dalam 9 tahun terakhir. Padahal, Januari diyakini sebagai momentum bagi IHSG untuk menguat atau disebut dengan January Effect.

Hans Kwee, Direktur PT Anugerah Mega Investama, mengatakan bahwa pelemahan IHSG disebabkan oleh kekhawatiran pasar terhadap penyebaran virus corona di China yang juga telah menyebar ke beberapa negara lainnya.

Tidak hanya itu, korban jiwa dari virus tersebut di China pun telah mencapai 213 jiwa. Akibatnya, World Health Organization (WHO) telah menyatakan keadaan darurat global sehingga meningkatkan kekhawatiran pasar.

Hans Kwee menilai pasar cemas pertumbuhan ekonomi China, sebagai salah satu negara dengan ekonomi terbesar dunia, akan melemah seiring dengan pembatasan penerbangan dan melemahnya aktivitas ekonomi China.

“Pelemahan IHSG berpotensi bertahan sampai jangka menengah karena efek corona, bisa bertahan di zona merah hingga dua bulan ke depan,” ujar Hans Kwee kepada Bisnis.com, Jumat (31/1/2020).

Sementara itu, Head of Research MNC Sekuritas Edwin Sebayang mengatakan bahwa penurunan IHSG juga disebabkan oleh adanya redemption reksa dana dari beberapa asset management. Selain itu, sentimen negatif lainnya adalah diturunkan limit margin untuk trading dan buying di mayoritas sekuritas.

“Hal tersebut mengakibatkan lemahnya perputaran transaksi dan investor tidak banyak bergerak,” ujarnya.

Dia juga mengatakan bahwa beberapa kasus reksa dana seperti Jiwasraya dan Asabri juga menahan investor untuk melakukan transaksi saham. Selama kasus itu belum terselesaikan, lanjut dia, potensi IHSG melemah pun bertahan.

Dia memproyeksi pelemahan akan terjadi hingga satu bulan ke depan dengan level support di 5.760 hingga 6.100. Edwin juga mengatakan, meski dibayangi sentimen negatif seperti saat ini tidak mengubah target IHSG akhir tahunnya di level 6.654 dengan asumsi EPS 415.9 dan PE 16x.

Kendati demikian, Analis Efek Indonesia (AAEI) Reza Priyambada mengatakan bahwa pihaknya harus merevisi target IHSG akhir tahunnya karena level saat ini telah melebihi dari estimasi pada awal tahun.

Dia menargetkan hingga akhir tahun IHSG berada di level resisten 6.550 dengan level support di 5.980.

“Karena penutupan kali ini sudah tembus target level support kami revisi target level support di 5.760,” ujar Reza.

MOMENTUM BELI
Di sisi lain, analis menilai sentimen ini dapat dijadikan momentum bagi invetor untuk melakukan aksi beli karena harga tengah berada di level rendah.

Edwin mengatakan bahwa ini merupakan kesempatan bagi investor masuk ke saham dengan memperhatikan fundamental asli dari setiap saham. Dia merekomendasikan dalam keadaan seperti ini terdapat tiga hal yang harus diperhatikan investor.

Pertama, investor disarankan untuk memilih saham yang memiliki yield dividen cukup besar. Ketika harga saham telah berada di level rendah ini adalah waktu yang tepat untuk masuk ke dalam saham-saham seperti itu sehingga ketika harga menghijau, untung yang didapatkan lebih besar.

Kedua, investor juga disarankan memilih saham yang memiliki aksi korporasi yang dapat menaikkan pendapatan dan laba bersih dari perseroan sehingga keberlangsungan usaha terjamin.

Ketiga, jauhi terlebih dahulu saham-saham yang dipilih oleh asset management yang tengah bermasalah.

Sementara itu, Reza menganjurkan agar investor untuk tidak terlalu panik terhadap sentimen negatif yang tengah berada di pasar. Dia mengatakan bahwa beberapa saham yang patut dicermati untuk menjadi alternatif saham ketika kondisi pasar seperti saat ini adalah UNVR, BBRI, BRPT, TLKM, dan ICBP.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Finna U. Ulfah
Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper