Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sepekan Penuh Tekanan, Bursa Asia Bergerak Variatif Hari Ini

Investor masih menaruh harapan bahwa China dapat menahan wabah virus corona, bahkan ketika korban jiwa dan jumlah infeksi terus meningkat, sejumlah penerbangan dibatalkan, dan aktivitas produksi terhenti.
Bursa Asia MSCI/Reuters
Bursa Asia MSCI/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Asia bergerak mixed pada perdagangan hari ini, Jumat (31/1/2020) karena investor masih menaruh harapan bahwa China dapat menahan wabah virus corona, bahkan ketika korban jiwa dan jumlah infeksi terus meningkat, sejumlah penerbangan dibatalkan, dan aktivitas produksi terhenti.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada hari Kamis mengumumkan keadaan darurat global ketika virus menyebar ke lebih banyak negara.

Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan kekhawatiran terbesar adalah potensi penyebaran virus ke negara-negara dengan sistem kesehatan yang lebih lemah.

Indeks MSCI Asia Pacific di luar Jepang terpantau melemah 0,4 persen, bersiap untuk pelemahan mingguan terburuk dalam setahun terakhir dengan penurunan 4,6 persen. Indeks sebelumnya merosot 2,3 persen pada hari Kamis, pelemahan harian paling tajam dalam enam bulan terakhir.

Pergerakan indeks regional cenderung variatif, dengan indeks Nikkei 225 menguat 1 persen, sedangkan indeks Topix ditutup menguat 0,53 persen. Di sisi lain, indeks Hang Seng terpantau melemah 0,21 persen pada pukul 14.35 WIB, sedangkan indeks Kospi melemah 1,35 persen.

Komentar WHO bahwa langkah signifikan yang diambil Jepang akan "membalikkan ombak" dan membendung penyebaran wabah mampu menghentikan penurunan indeks lebih lanjut.

Sementara itu, survei yang menunjukkan aktivitas manufaktur China berada sejalan dengan ekspektasi analis pada bulan Januari juga turut memberikan sentimen pendorong.

Memang, laporan bahwa beberapa provinsi di China meminta perusahaan untuk tidak memulai kembali aktivitas sebelum 10 Februari menandakan aktivitas manufaktur akan mengalami tekanan besar bulan ini.

"Untuk saat ini, lampu risiko pasar telah bergeser dari level merah menjadi stabil, yang dapat menarik minat investor terhadap aset berisiko,” kata Stephen Innes, analis pasar Asia Pasifik di AxiCorp, seperti dikutip Reuters.

Namun, berita mengenai penyebaran virus masih menjadi penekan, dengan provinsi Hubei melaporkan kematian akibat penyakit itu telah meningkat menjadi 204 pada tanggal 30 Januari.

Selain itu, lebih banyak maskapai penerbangan membatasi penerbangan masuk dan keluar dari China, sedangkan perusahaan-perusahaan untuk sementara waktu menutup operasinya. Departemen Luar Negeri AS juga mengatakan kepada warga negaranya untuk tidak melakukan perjalanan ke bagian manapun di China.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper