Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Masih Khawatir Virus Corona, Rupiah Berpotensi Lanjutkan Pelemahan

Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan bahwa pada perdagangan kali ini, mata uang Garuda belum mampu untuk berbalik menguat dan diproyeksikan bertahan di zona merah.
Petugas melayani penukaran uang dolar Amerika di salah satu gerai penukaran valuta asing, Jakarta, Jumat (1/3/2019)./ANTARA-Puspa Perwitasari
Petugas melayani penukaran uang dolar Amerika di salah satu gerai penukaran valuta asing, Jakarta, Jumat (1/3/2019)./ANTARA-Puspa Perwitasari

Bisnis.com, JAKARTA – Rupiah berpotensi bergerak melanjutkan pelemahannya pada perdagangan Rabu (29/1/2020) seiring dengan kekhawatiran pasar terhadap penyebaran virus corona akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi global.

Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan bahwa pada perdagangan kali ini, mata uang Garuda belum mampu untuk berbalik menguat dan diproyeksikan bertahan di zona merah.

“Dalam pembukaan pasar mata uang Garuda masih akan melemah dan bergerak di kisaran level Rp13.578 per dolar AS hingga Rp13.711 per dolar AS,” ujar Ibrahim seperti dikutip dari keterangan resminya, Rabu (29/1/2020).

Adapun, pada perdagangan Selasa (28/1/2020) rupiah ditutup di level Rp13.644 per dolar AS, melemah 0,21% atau turun 29 poin. Rupiah telah terdepresiasi selama dua perdagangan berturut-turut.

Sementara itu, indeks dolar AS yang mengukur kekuatan greenback di hadapan sekeranjang mata uang utama bergerak menguat tipis 0,01% di level 97,969.

Ibrahim menjelaskan, terus meningkatnya jumlah korban terjangkit virus corona mendorong investor untuk menjauhi aset berisiko, termasuk rupiah.

Data terbaru, jumlah masyarakat China yang terjangkit virus tersebut melonjak tajam menjadi lebih dari 4.500 orang dibandingkan dengan data Senin (27/1) sebanyak 2.835 orang.

Selain itu, total korban jiwa virus corona telah mencapai 125 jiwa.

Pasar cemas penyebaran virus tersebut akan melemahkan aktivitas ekonomi China, salah satu negara ekonomi terbesar dunia, yang pada akhirnya dapat melemahkan pertumbuhan ekonomi global.

“Kalau virus corona tidak bisa ditanggulangi secara serius bisa saja PDB China akan turun di 4,5 % sehingga mengindikasikan ekonomi China mengalami permasalahan yang serius pasca fase1 perang dagang antara AS dan China di tandatangani,” ujar Ibrahim.

Adapun, World Bank memprediksi PDB China pada 2020 berada di kisaran 6%.

Di sisi lain, pasar juga tengah menanti hasil pertemuan kebijakan Bank Sentral AS yang dijadwalkan pada 28-29 Januari. Pasar berekspektasi The Fed akan mengulangi keinginannya untuk mempertahankan suku bunga acuan AS setidaknya sampai akhir tahun ini.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Finna U. Ulfah
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper