Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Incar Laba Rp346 Miliar, Ini Strategi PP Properti (PPRO)

PT PP Properti Tbk. (PPRO) menargetkan pendapatan tahun ini dapat menyentuh Rp2,5 triliun dengan laba bersih mencapai Rp346 miliar. Apa strateginya?
Pekerja menyelesaikan proyek pembangunan PP Properti di Jakarta, Sabtu (3/6)./JIBI-Abdullah Azzam
Pekerja menyelesaikan proyek pembangunan PP Properti di Jakarta, Sabtu (3/6)./JIBI-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA – Emiten properti PT PP Properti Tbk. (PPRO) menargetkan pendapatan tahun ini dapat menyentuh Rp2,5 triliun dengan laba bersih mencapai Rp346 miliar.

Direktur Utama PP Properti Taufik Hidayat optimistis target tersebut dapat tercapai sebab ada 15 proyek yang akan diserahterimakan pada 2020. Di antaranya terdapat 7 tower apartemen di Jabodetabek, 4 tower apartemen di Jawa Timur dan proyek residensial di Jawa Timur dan Jawa Tengah.

“Hal ini yang membuat PPRO nyaman dan optimitis dengan pencapaian kinerja tahun 2020 dengan target laba sekitar Rp346 miliar,” katanya pada Senin (20/1/2020).

Menurutnya, perseroan hanya perlu membukukan dana pemasaran sebesar Rp821 miliar supaya target laba perseroan. Pasalnya pada tahun lalu, PPRO sudah membukukan pemasaran sebesar Rp2,27 triliun yang siap diserahterimakan pada tahun ini.

Taufik menambahkan dengan penerapan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 72, perseroan akan diuntungkan. Pasalnya, aturan baru itu menetapkan pencatatan penjualan dapat dilakukan setelah ada serah terima kunci.

“Untuk menghadapi tantangan tahun ini kami memiliki beberapa strategi diantaranya melakukan percepatan pemasaran apartemen yang sudah selesai, mempercepat pembangunan dan menambah produk landed house serta serah terima unit,” katanya.

Sementara itu, Direktur Keuangan PP Properti Indaryanto menambahkan target pendapatan tahun ini sekitar Rp2,5 triliun.

“Target tahun ini sama dengan tahun lalu. Kami yakin tahun ini pasar properti akan tumbuh baik sebab kondisi politik sudah stabil, kalau tahun lalu kan banyak yang menahan,” katanya.

Dia pun mengestimasikan laba bersih tahun ini akan turun 10%-15% dibandingkan dengan 2019 karena penerapan PSAK 72. Namun, itu lebih baik dibandingkan dengan pengembang lain yang kelimpungan karena pembangunan proyek belum selesai.

“Proyek belum selesai tidak bisa ada pembukuan, otomatis tidak ada penjualan dan laba. Namun, kami masih akan berbagi deviden tahun ini,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Pandu Gumilar
Editor : Ana Noviani
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper