Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pasar Saham dan Obligasi Diproyeksi Positif, Simak Ulasan Manulife AM

Pada 2020, Manulife Aset Manajemen Indonesia memandang positif potensi di pasar saham dan obligasi. Apa alasannya?
Petugas menjelaskan cara berinvestasi kepada calon investor di Jakarta Investment Center (JIC), Jakarta, Kamis (2/8/2018)./ANTARA-Muhammad Adimaja
Petugas menjelaskan cara berinvestasi kepada calon investor di Jakarta Investment Center (JIC), Jakarta, Kamis (2/8/2018)./ANTARA-Muhammad Adimaja

Bisnis.com, JAKARTA — PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) memproyeksikan kinerja pasar saham dan obligasi pada 2020 cenderung positif, seiring dengan tren penurunan suku bunga, potensi pertumbuhan laba emiten 10%-12%, dan perbaikan ekonomi Indonesia.

Chief Economist & Investment Strategist Manulife Aset Manajemen Indonesia Katarina Setiawan menyampaikan pada 2019 kinerja pasar saham yang ditunjukkan dengan IHSG cenderung stagnan dengan kenaikan 1,7%, sedangkan pasar obligasi mampu bertumbuh 10%.

“Pada 2020, kami memandang positif potensi di pasar saham dan obligasi,” paparnya dalam publikasi, Jumat (17/1/2020).

Katarina menyebutkan 2019 merupakan periode yang suportif bagi pasar obligasi karena dukungan tren penurunan suku bunga dan tingkat inflasi yang rendah. Kondisi yang suportif ini diperkirakan masih akan berlanjut pada 2020.

Suku bunga BI tetap akomodatif, inflasi terkendali, dan nilai tukar rupiah terjaga. Walaupun tingkat suku bunga tidak akan turun banyak pada tahun ini, BI masih bisa melakukan pelonggaran kebijakan makro prudensial untuk mendorong pertumbuhan kredit.

Dari sisi eksternal, kondisi pasar obligasi dunia juga suportif bagi pasar obligasi Indonesia. Saat ini, sekitar US$12 triliun obligasi global pemerintah memberikan imbal hasil negatif.

Hal itu tentu berpotensi mendorong investasi ke pasar obligasi yang memiliki imbal hasil tinggi seperti di Indonesia.

Outlook Positif Saham

Tidak hanya di pasar obligasi, sambung Katarina, MAMI juga memiliki pandangan yang konstruktif terhadap pasar saham Indonesia. Setelah kinerja tahun 2018 dan 2019 yang mengecewakan, pasar saham mulai menunjukkan outlook yang lebih positif.

Perubahan terutama terjadi dari sisi pasar global dengan tensi dagang Amerika Serikat–China yang mereda, dan ekspektasi membaiknya aktivitas perdagangan global. Iklim pasar yang lebih positif ini dapat memberi dampak positif bagi kinerja pasar saham Indonesia.

Selain itu dari sisi fundamental domestik, pasar juga memperkirakan pertumbuhan earnings emiten yang lebih baik pada tahun ini di kisaran 10%-12%, lebih baik dari 3%-5% pada 2019.

Iklim politik domestik juga sudah lebih kondusif setelah periode Pemilu dan pembentukan kabinet selesai. Rencana reformasi kebijakan perpajakan dan ketenagakerjaan pemerintah untuk menarik investasi asing dapat menjadi faktor katalis yang mengangkat daya tarik pasar saham Indonesia.

Dari sisi makro, banyak faktor yang menghambat ekonomi Indonesia di 2019 seperti melemahnya aktivitas perdagangan global, dan dari sisi domestik juga dibayangi periode pemilu yang berdampak pada tertahannya aktivitas investasi.

“Kinerja pemerintah juga terdampak karena jarak antara pemilu dan pelantikan Presiden yang panjang,” imbuh Katarina.

Pada 2020, iklim ekonomi Indonesia akan berangsur membaik. Kondisi global yang lebih kondusif dapat mendorong minat investasi ke pasar negara berkembang yang juga akan menguntungkan Indonesia.

Selain itu, ekonomi Indonesia pada 2020 juga akan mendapat efek positif dari penurunan suku bunga BI yang agresif pada tahun lalu. Dampak penurunan suku bunga ke ekonomi biasanya tidak instan dan terjadi secara gradual.

Menurut Katarina, hal menjadi fokus utama pada 2020 adalah reformasi kebijakan pemerintah untuk menarik investasi asing.

Kecepatan eksekusi kebijakan seperti revisi UU tenaga kerja, pemotongan pajak pendapatan korporasi, penyederhanaan regulasi/birokrasi diharapkan menjadi katalis ekonomi dan pasar finansial pada 2020.

Dengan demikian, kebijakan itu dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan daya saing Indonesia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hafiyyan
Editor : Ana Noviani
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper