Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kurs Tengah BI Melemah 52 Poin, Mayoritas Mata Uang di Asia Tertekan

Bank Indonesia mematok kurs tengah hari ini, Rabu (15/1/2020) di level Rp13.706 per dolar AS, melemah 52 poin atau 0,38 persen dari posisi Rp13.654 pada Selasa (14/1/2020).

Bisnis.com, JAKARTA – Bank Indonesia mematok kurs tengah hari ini, Rabu (15/1/2020) di level Rp13.706 per dolar AS, melemah 52 poin atau 0,38 persen dari posisi Rp13.654 pada Selasa (14/1/2020).

Kurs jual ditetapkan di Rp13.774 per dolar AS, sedangkan kurs beli berada di Rp13.637 per dolar AS. Selisih antara kurs jual dan kurs beli adalah Rp137.

Adapun berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah di pasar spot terpantau bergerak ke level Rp13.715 per dolar AS dengan pelemahan 35 poin atau 0,26 persen pada pukul 11.04 WIB dari level penutupan perdagangan sebelumnya.

Pada perdagangan Selasa (14/1/2020), nilai tukar rupiah berakhir di level Rp13.680 per dolar AS dengan pelemahan 7 poin atau 0,05 persen, pelemahan pertama dalam empat hari perdagangan beruntun.

Pelemahan nilai tukar rupiah mulai berlanjut dengan dibuka terdepresiasi 4 poin atau 0,03 persen di posisi 13.684 pada Rabu (15/1). Sepanjang perdagangan pagi ini, rupiah bergerak di level 13.684 – 13.720.

Pelemahan yang dialami rupiah membawanya memimpin depresiasi di antara mata uang di Asia, bersama peso Filipina yang juga terdepresiasi 0,26 persen pada pukul 11.05 WIB.

Pergerakan kurs mata uang di Asia terhadap dolar AS

Mata uang

Kurs

Pergerakan (persen)

Peso Filipina                    

50,736

-0,26

Rupiah

13.715

-0,26

Won Korea Selatan

1.158,46

-0,2

Yuan Onshore China

6,8958

-0,17

Ringgit Malaysia

4,0780

-0,14

Yuan Offshore China

6,8986

-0,13

Rupee India

70,9575

-0,11

Dolar Singapura

1,3478

-0,07

Baht Thailand

30,272

-0,02

Dolar Hong Kong

7,7771

-0

Yen Jepang

109,90

+0,08

Dolar Taiwan

29,912

+0,01

Dilansir dari Bloomberg, nilai tukar peso dan rupiah memimpin pelemahan di antara mata uang emerging market di Asia setelah kekhawatiran seputar pembatasan kesepakatan dagang AS-China mengurangi permintaan untuk aset-aset berisiko. Tak hanya mata uang, pasar saham regional juga melemah.

Pemerintah AS dan China dijadwalkan akan menandatangani kesepakatan perdagangan fase pertama AS-China di Washington pada Rabu (15/1/2020) waktu setempat.

Meski demikian, harapan bahwa penandatanganan tersebut dapat menandai hubungan yang lebih hangat antara dua ekonomi utama dunia ini luntur ketika Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin, pada Selasa (14/1), mengatakan bahwa tarif saat ini untuk barang-barang China akan tetap berlaku sambil menunggu pembicaraan lebih lanjut.

Selain itu, menurut sumber terkait, langkah apa pun terkait pemngurangan tarif akan bergantung pada kepatuhan Beijing atas ketentuan yang tercantum dalam perjanjian dagang fase satu.

Pernyataan Mnuchin seketika menggulingkan nilai tukar yuan China dari level terkuatnya dalam enam bulan sekaligus mengangkat daya tarik mata uang yen sebagai aset investasi aman (safe haven) yang kerap dicari manakala terjadi ketidakpastian.

“Sedikit kekecewaan seputar perincian kesepakatan fase satu AS-China tercermin dalam pergerakan dolar AS yang lebih tinggi terhadap mata uang Asia pagi ini,” ujar Terence Wu, ahli strategi valas di OCBC Bank, Singapura.

Seiring dengan pergerakan mata uang Asia, indeks dolar Amerika Serikat (AS) yang melacak pergerakan mata uang dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama dunia, terpantau berbalik turun tipis 0,009 poin atau 0,01 persen ke level 97,363 pada pukul 10.55 WIB.

Pada perdagangan Selasa (14/1/2020), pergerakan indeks ditutup di level 97,372 dengan kenaikan tipis 0,03 persen atau 0,027 poin.

Indeks sempat memperpanjang kenaikannya pada Rabu (15/1) dengan dibuka naik hanya 0,004 poin di posisi 97,376. Sepanjang perdagangan pagi ini, indeks dolar bergerak flat di level 97,358 – 97,396.

Kurs Transaksi Bank Indonesia (Rupiah)

Tanggal

Kurs

15 Januari

13.706

14 Januari

13.654

13 Januari

13.708

10 Januari

13.812

9 Januari

13.860

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper