Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Ditutup Melemah, Gagal Pertahankan Reli

Analis PT Monex Investindo Futures Faisyal mengatakan bahwa mata uang garuda dihantui aksi ambil untung oleh investor setelah berhasil menyentuh level tertingginya sejak Februari 2018.
Seorang pembeli menunjukkan uang Dolar Amerika Serikat yang ditukarnya di gerai penukaran valuta asing, Jakarta, Senin (15/7/2019)./ANTARA-Puspa Perwitasari
Seorang pembeli menunjukkan uang Dolar Amerika Serikat yang ditukarnya di gerai penukaran valuta asing, Jakarta, Senin (15/7/2019)./ANTARA-Puspa Perwitasari

Bisnis.com, JAKARTA - Nilai tukar rupiah gagal mempertahankan posisinya untuk bergerak di zona hijau pada perdagangan Selasa (14/1/2020) seiring dengan kecenderungan pasar untuk melakukan aksi ambil untung.

Analis PT Monex Investindo Futures Faisyal mengatakan bahwa mata uang garuda dihantui aksi ambil untung oleh investor setelah berhasil menyentuh level tertingginya sejak Februari 2018.

Berdasarkan data Bloomberg, rupiah ditutup di level Rp13.680 per dolar AS, melemah tipis 0,051% atau 8 poin. Pada pertengahan perdagangan, rupiah sempat menyentuh level tertingginya Rp13.642 per dolar AS.

Kendati demikian, rupiah masih memimpin kinerja penguatan mata uang di Asia sepanjang tahun berjalan 2020, dengan bergerak naik 1,36% terhadap dolar AS.

“Secara teknikal memang sudah berada di area oversold, tetapi rupiah terlihat masih ada ruang untuk melanjutkan penguatannya lebih lanjut dan belum ada potensi untuk berbalik melemah,” ujar Faisyal saat dihubungi Bisnis, Selasa (14/1/2020).

Rupiah masih dikelilingi sentimen positif seperti penandatanganan kesepakatan dagang tahap pertama AS dan China, meredanya ketegangan AS dan Iran di Timur Tengah, dan data ekonomi dalam negeri yang berhasil dirilis positif.

Adapun, Faisyal menambahkan, aksi ambil untung ini juga dilakukan pasar sebagai antisipasi dari negosiasi perdagangan AS dan China untuk mencapai kesepakatan dagang fase kedua.

Pasar mengantisipasi ketidakpastian dari kemungkinan alotnya negosiasi fase kedua setelah Presiden AS Donald Trump mengatakan kesepakatan dagang tahap selanjutnya mungkin baru akan disepakati usai pemilihan presiden AS.

Seperti yang diketahui, AS dan China direncanakan untuk bertemu pada 15 Januari, menandatangani kesepakatan dagang tahap pertama yang telah dinanti sejak 2018.

Faisyal memprediksi pada perdagangan Rabu (15/1/2020) rupiah bergerak di kisaran Rp13.600 per dolar AS hingga Rp13.740 per dolar AS.

Sementara itu, Ahli Strategi Makro DBS Bank Singapore Chang Wei Liang mengatakan bahwa rupiah masih dibayangi sentimen positif seiring dengan investor yang mengincar obligasi Indonesia karena memiliki imbal hasil yang lebih menarik dibandingkan dengan pasar berkembang lainnya.

Selain itu, rupiah juga dibayangi meningkatnya minat investasi aset berisiko setelah AS memutuskan untuk menghapus China dari daftar manipulator mata uang.

“Yang harus diwaspadari untuk rupiah adalah defisit transaksi berjalan Indonesia yang bisa mengancam rupiah bergerak melemah,” papar Chang Wei Liang.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Finna U. Ulfah
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper