Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

IHSG Ditutup Menguat, BBCA dan ASII Penopang Utama

Berdasarkan data Bloomberg, pergerakan IHSG ditutup di level 6.325,41 dengan penguatan 0,46 persen atau 28,84 poin dari level penutupan perdagangan sebelumnya.
Pengunjungi mengamati layar pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Jumat (15/11/2019)./ANTARA -Dhemas Reviyanto
Pengunjungi mengamati layar pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Jumat (15/11/2019)./ANTARA -Dhemas Reviyanto

Bisnis.com, JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan berakhir menguat pada perdagangan hari ini, Selasa (14/1/2020).

Berdasarkan data Bloomberg, pergerakan IHSG ditutup di level 6.325,41 dengan penguatan 0,46 persen atau 28,84 poin dari level penutupan perdagangan sebelumnya.

Pada perdagangan Senin (13/1/2020), IHSG menutup pergerakannya di level 6.296,57 dengan penguatan 0,34 persen atau 21,63 poin.

Pada Selasa, penguatan indeks mulai berlanjut dengan dibuka naik 0,20 persen atau 12,32 poin di posisi 6.308,89. Sepanjang perdagangan hari ini, IHSG bergerak di level 6.298,61 – 6.325,41.

Enam dari sembilan sektor menetap di zona hijau, dipimpin sektor aneka industri yang menguat 2,66 persen dan finansial yang naik 1,13 persen. Tiga sektor lainnya melemah, didorong sektor pertanian yang turun 1,14 persen.

Adapun sebanyak 163 saham menguat, 219 saham melemah, dan 292 saham stagnan dari 674 saham yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia.

Saham PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) dan PT Astra International Tbk (ASII) yang masing-masing naik 1,85 persen dan 3,61 persen menjadi pendorong utama penguatan IHSG pada perdagangan hari ini.

Sementara itu, indeks saham lain di Asia bergerak variatif pada perdagangan hari ini. Indeks Nikkei 225 dan Topix Jepang masing-masing ditutup menguat 0,73 persen dan 0,31 persen.

Meski demikian, di China, indeks Shanghai Composite dan CSI 300 ditutup di zona merah dengan pelemahan 0,28 persen dan 0,34 persen. Adapun indeks Hang Seng Hong Kong terkoreksi 0,24 persen.

Dilansir Bloomberg, bursa Asia memangkas penguatannya setelah rilis data dari China menunjukkan perdagangan Negeri Tirai Bambu dengan Amerika Serikat merosot tahun lalu, akibat terdampak perang dagang antara kedua negara.

Perdagangan dengan AS dilaporkan turun hampir 11 persen, meskipun total ekspor China sepanjang 2019 mengalami kenaikan seiring dengan lonjakan permintaan global.

"Uni Eropa tetap menjadi mitra dagang terbesar China, diikuti oleh Asean pada peringkat kedua dan Amerika Serikat pada peringkat ketiga," terang Administrasi Bea Cukai China pada Selasa (14/1).

Menjelang penandatanganan perjanjian perdagangan fase satu AS-China pada Rabu (15/1/2020) di Washington, fokus investor mulai kembali tertuju pada laporan kinerja keuangan perusahaan.

“Ekspektasi kami adalah musim laba yang solid - tidak ada yang luar biasa tetapi tidak ada yang benar-benar mengerikan," tutur Kristina Hooper, kepala strategi pasar global di Invesco Ltd. kepada Bloomberg TV.

“Situasinya sangat akomodatif sehingga sangat mendukung aset berisiko, termasuk ekuitas, bahkan jika kita melihat musim laporan laba yang kurang baik,” tambahnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Saeno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper