Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ashmore AM (AMOR) Fokus Kembangkan Infrastruktur Digital

PT Ashmore Asset Management Indonesia Tbk. punya dua fokus pengembangan setelah IPO, yakni pengembangan infrastruktur digital dan manajemen risiko produk reksa dana.
Direktur Ashmore PT Ashmore Asset Management Indonesia Tbk (AMOR) Arief Cahyadi Wana di sela-sela seremoni pencatatan saham perdaana perseroan di Bursa Efek Indonesia pada Selasa (14/1/2020)./Bisnis-Hafiyyan
Direktur Ashmore PT Ashmore Asset Management Indonesia Tbk (AMOR) Arief Cahyadi Wana di sela-sela seremoni pencatatan saham perdaana perseroan di Bursa Efek Indonesia pada Selasa (14/1/2020)./Bisnis-Hafiyyan

Bisnis.com, JAKARTA — Emiten manajer investasi (MI) perdana, PT Ashmore Asset Management Indonesia Tbk. (AMOR) berencana menggunakan dana penawaran umum saham perdana (initial public offering/IPO) untuk pengembangan digital dan manajemen risiko.

Dalam penawaran umum saham perdana (IPO) pada Rabu (14/1/2020), Ashmore AM menawarkan 111,11 juta atau 10% saham dari modal ditempatkan dan disetor. Dengan harga pelaksanaan Rp1.900, perseroan memeroleh dana segar sekitar Rp211 miliar.

Direktur Ashmore AM Arief Cahyadi Wana menyampaikan ada dua fokus pengembangan dari dana IPO tersebut, yakni pengembangan infrastruktur digital dan manajemen risiko produk reksa dana.

“Sekitar 50%-75% [dana IPO] untuk pembangunan digital platform kami. Sisanya untuk memperkuat permodalan dan produk-produk yang kami keluarkan,” ujarnya, Rabu (14/1/2020).

Menurutnya, pengembangan digital diperlukan untuk memperluas pasar, karena masih banyak masyarakat menengah ke bawah yang belum terjangkau akses perbankan. Iklim investasi digital juga kian bertumbuh dan meluas.

Bentuk pengembangan digital nantinya bisa dengan membangun aplikasi sendiri, atau membuat jaringan yang terhubungan dengan e-commerce.

Pengembangan digital juga menjadi salah satu upaya manajemen risiko. Ashmore AM memiliki infrastruktur yang terkoneksi dengan perusahaan induknya Ashmore Group Plc.

Dengan demikian, perusahaan dapat mengadopsi sistem teknologi informasi berstandar tinggi dalam menjalankan fungsi manajemen risiko dan kontrol.

Arief menjelaskan manajemen risiko sangat diperlukan dalam pengelolaan suatu produk reksa dana. Penerbitan produk reksa dana membutuhkan dana yang cukup besar, sehingga adanya pendaan dapat meminimalkan risiko likuiditas, volatilitas, dan fundamental itu sendiri.

“Dana [dari IPO] ini perlu kami bantu untuk dimasukan namanya exit capital. Jadi harus masukan dana supaya minimum AUM [asset under management] itu risikonya aman untuk investor yang masuk ke Indonesia,” imbuhnya.

Menurutnya saat ini banyak produk reksa dana dengan jumlah dana yang kecil. Produk tersebut tentunya agak sulit dikelola oleh MI.

Upaya manajemen risiko inilah yang menjadi keunggulan Ashmore AM. Dengan demikian, investor semakin berminat untuk masuk ke pasar modal.

“Sebelum IPO struktur modal kami sudah kuat, dan adanya dana dari IPO akan semakin kuat. Karena kita tahu reksa dana membutuhkan jumlah yang tidak kecil supaya kesannya aman untuk investor yang berinvestasi di produk itu,” paparnya.

Arief menuturkan setiap tahun perusahaan menerbitkan 2—3 produk baru. Saat ini, Ashmore AM sudah meluncurkan 18 produk reksa dana, mengelola 9 kontrak pengelolaan dana, dan 1 exchange trade fund (ETF).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hafiyyan
Editor : Ana Noviani
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper