Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pasar Saham Global Tertekan, Analis Optimistis Badai akan Berlalu

Pasar saham global kompak melemah pada perdagangan siang ini, Rabu (8/1/2020), setelah Iran menembakkan rudal ke dua fasilitas militer milik Amerika Serikat di Irak.
BUrsa Asia/Reuters
BUrsa Asia/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Pasar saham global kompak melemah pada perdagangan siang ini, Rabu (8/1/2020), setelah Iran menembakkan rudal ke dua fasilitas militer milik Amerika Serikat di Irak.

Berdasarkan data Bloomberg, indeks futures S&P 500 turun 0,1 persen dan indeks futures Euro Stoxx 50 melemah 0,6 persen pada pukul 07.07 pagi waktu London (pukul 14.07 WIB).

Pada saat yang sama, indeks MSCI Asia Pacific melemah 0,8 persen. Pelemahannya didorong oleh indeks Topix Jepang yang berakhir turun 1,4 persen setelah sempat jebol sebesar 2,4 persen.

Adapun indeks Hang Seng Hong Kong dan Shanghai Composite China masing-masing melorot 1,4 persen dan 1,2 persen.

Pihak Pentagon AS telah mengkonfirmasikan perihal serangkaian rudal yang ditembakkan ke dua pangkalan udara AS-Irak pada Rabu (8/1) pagi waktu Baghdad.

Serangan tersebut merupakan aksi pembalasan pertama Iran atas serangan udara AS di Irak yang menewaskan Jenderal Iran Qasem Soleimani pada Jumat (3/1/2020).

Kepada televisi Iran, Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran mengatakan bahwa akan ada tindakan lebih lanjut yang dilancarkan sebagai respons atas kematian Soleimani.

Setelah Iran menembakkan rudalnya pada Rabu pagi, pasar finansial global seketika terjungkal ke zona merah, reaksi serupa yang dialami ketika AS melancarkan serangan udara di Irak pada Jumat (3/1).

Merespons peristiwa ini, melalui akun Twitter miliknya, Presiden AS Donald Trump terdengar tenang dengan mengatakan “Semua baik-baik saja!".

Perhitungan jumlah korban dan kerugian disebut tengah dilakukan. Ia sendiri mengatakan akan menyampaikan pernyataan resmi terkait serangan Iran pada Rabu pagi waktu setempat.

Harapan bahwa konflik AS-Iran tidak berkepanjangan untuk saat ini kemudian berhasil mendorong pasar saham memperoleh sedikit tenaga. Indeks futures AS turun hanya 0,1 persen setelah sempat terjungkal 1,7 persen.

Volatilitas lebih lanjut pada perdagangan hari ini sempat muncul setelah sebuah pesawat Boeing 737 milik maskapai Ukraine Airlines dilaporkan jatuh tak lama usai lepas landas dari Iran.

Namun, pelemahan pasar saham yang dipengaruhi berita tersebut kemudian juga memudar menyusul laporan bahwa jatuhnya pesawat disebabkan oleh masalah teknis.

Kuncinya saat ini adalah apakah risiko geopolitik dapat mereda sehingga fokus pasar akan dapat beralih kembali pada prospek ekonomi.

Ketegangan AS-Iran berkembang justru ketika gambaran untuk perdagangan global tengah membaik, dengan pemerintah AS dan China berencana untuk menandatangani kesepakatan perdagangan fase pertama pekan depan.  

“Meski kita akan melihat pasar bereaksi terhadap serangan hari ini, kami tidak melihatnya sebagai sentimen penghindaran risiko dalam jangka panjang,” ujar Chen Haoyang, direktur pelaksana di Shanghai Leader Capital Co.

Sementara itu, LGT Bank Asia tetap mengutarakan optimismenya terhadap pasar saham AS.

"Saya masih akan membeli saham-saham AS,” ungkap Stefan Hofer, kepala strategi investasi di LGT Bank Asia, dilansir dari Bloomberg.

Laporan pasar tenaga kerja AS yang akan dirilis akhir pekan ini diperkirakan akan menunjukkan hasil yang cukup baik. Sementara itu, pertumbuhan upah tampak kuat dan kinerja keuangan perusahaan diyakini akan membaik hingga kuartal pertama.

"Jika kita bisa mengesampingkan seluruh masalah risiko politik, pada akhirnya akan berpegang pada fundamental-fundamental AS,” jelas Hofer.

Di sisi lain, Mitul Kotecha, ahli strategi emerging market di TD Securities, berpandangan bahwa segalanya kini akan sangat bergantung pada reaksi AS dan apakah akan ada eskalasi lebih lanjut.

“Serangan rudal itu kemungkinan akan mendukung pasar obligasi, terutama Treasury AS. Mata uang Asia akan menghadapi beberapa tekanan, dengan rupee di antara yang lebih rentan karena India mengimpor minyak dan kenaikan harga bahan energi,” papar Kotecha.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper