Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

January Effect, Ini 8 Saham Pilihan Mirae Asset Sekuritas

Ekspansi sektor manufaktur, CPO, dan masuknya investor asing membuka peluang terjadinya January Effect di pasar modal Indonesia. Saham apa yang menarik untuk dikoleksi investor?
Pengunjung menggunakan ponsel di dekat papan elektronik yang menampilkan perdagangan harga saham di BEI, Jakarta, Selasa (11/6/2019)./Bisnis-Dedi Gunawan
Pengunjung menggunakan ponsel di dekat papan elektronik yang menampilkan perdagangan harga saham di BEI, Jakarta, Selasa (11/6/2019)./Bisnis-Dedi Gunawan

Bisnis.com, JAKARTA—Kendati masih cenderung tertekan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpotensi membaik pada Januari 2020 seiring dengan dorongan sejumlah faktor, seperti peningkatan harga minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO), ekspansi manufaktur, dan kembalinya investor asing.

Kepala Riset Mirae Asset Sekuritas Indonesia Hariyanto Wijaya dalam laporannya memaparkan fenomena “Efek Januari” bisa terjadi. Salah satu faktor pendorongnya ialah pemulihan harga minyak kelapa sawit atau CPO.

Sejak akhir September 2019 hingga 3 Januari 2020, harga CPO menguat 52 persen menjadi 3.057 ringgit (sekitar US$745) per ton. Kenaikan harga CPO akan mendongkrak konsumsi domestik.

“Karena itu, kami mempertahankan proyeksi overweight terhadap sektor konsumsi,” paparnya, Rabu (8/1/2020).

Hariyanto menjelaskan konsumsi domestik terangkat akibat kenaikan harga CPO karena 41 persen perkebunan dimiliki oleh petani kecil, atau sekitar 2,9 juta keluarga. Selain itu, sektor perkebunan berkontribusi paling tinggi terhadap pasar tenaga kerja, yakni sebesar 27,3 persen.

Selain itu, January Effect dapat terjadi seiring dengan ekspansi sektor manufaktur. Pada Desember 2019, HIS Markit Indonesia Manufacturing PMI naik ke level 49,5 dari bulan sebelumnya sebesar 48,2.

Kenaikan itu mencerminkan pemulihan moderat sisi produksi, penjualan baru, dan penambahan persediaan. Survei Markit juga memaparkan kepercayaan bisnis pada Desember 2019 naik ke level tertinggi dalam 6 bulan terakhir.

Di sisi lain, aktivitas pembelian bertumbuh seiring dengan peningkatan permintaan domestik pada akhir tahun. Adapun, indeks produksi meningkat ke level tertinggi selama 6 bulan terakhir.

Oleh karena itu, perusahaan memprediksi adanya ekspansi pasar dengan penjualan yang lebih tinggi sehingga turut mendorong pertumbuhan produksi.

Hariyanto menuturkan pada Desember 2019, investor asing kembali cenderung melakukan aksi setelah melakukan net sell dalam 5 bulan berturut-turut akibat ketidakpastian perang dagang AS-China.

Pada bulan lalu net buy asing berhasil mencapai US$571 juta atau Rp8 triliun. Sebaliknya, investor asing justru melakukan net sell di pasar saham negara-negara tetangga.

Kinerja IHSG pada Januari
TahunKenaikan/Penurunan IHSGIHSG
2015+1,19%5.289,4
2016+0,48%4.615,16
2017-0,05%5.294,1
20183,93%6.605,63
2019+5,46%6.532,97

Sumber: Bloomberg.

8 Saham Pilihan

Mirae Asset Sekuritas Indonesia menentukan 8 saham pilihan pada Januari 2020, yakni BBCA, UNVR, INDF, JPFA, MAPI, ITMG, ANTM, dan WIKA.

“Per 6 Januari 2020, saham pilihan kami meningkat 15,2 persen, sedangkan IHSG turun 2,1 persen. Artinya top picks kami mengungguli IHSG sebesar 17,3 persen,” imbuhnya.

Hariyanto menjelaskan alasan pemilihan sejumlah top picks tersebut. Mirae memprediksi kinerja BBCA akan tumbuh dengan baik seiring dengan likuiditas yang cukup.

Adapun, UNVR dan INDF dipercaya dapat semakin bertumbuh karena inovasi agresif. Di sisi lain, INDF diuntungkan dengan pemulihan harga CPO yang menopang pertumbuhan laba.

Saham JPFA bakal menguat akibat dukungan pemerintah untuk sektor perunggasan, seperti dengan terus mengintensifkan kegiatan pemusnahan pasokan berlebih. Program ini dapat mendongkrak pendapatan perusahaan perunggasan pada 2020.

MAPI juga diuntungkan dengan kenaikan harga CPO, dan Tahun Baru China pada Januari 2020 yang meningkatkan permintaan.

Di sisi lain, ITMG dan WIKA memiliki valuasi yang sudah cukup murah dibandingkan dengan imbal hasil dividen yang cukup besar. Adapun, saham ANTM diuntungkan dengan kenaikan harga emas akibat memanasnya tensi geopolitik global.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hafiyyan
Editor : Ana Noviani
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper