Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jelang Tutup Tahun, Investor Asing Mulai Kembali ke Pasar Saham Indonesia

Sejak awal bulan ini, tercatat investor asing melakukan aksi beli bersih (net buy) senilai Rp7,04 triliun.
Karyawan berada di dekat papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (23/1)./Bisnis-Abdullah Azzam
Karyawan berada di dekat papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (23/1)./Bisnis-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA — Menjelang penutupan tahun, investor asing tampak berangsur-angsur kembali masuk ke pasar saham Indonesia.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI) per 23 Desember 2019, sejak awal bulan ini, tercatat investor asing melakukan aksi beli bersih (net buy) senilai Rp7,04 triliun.

Adapun pada akhir perdagangan Senin (23/12), investor asing mencatatkan net buy senilai Rp424,22 miliar. Secara keseluruhan, sejak awal 2019, nilai beli investor asing sudah mencapai Rp48,25 triliun. 

Apabila mengecualikan nilai dari transaksi skema crossing saham dari MUFG Bank Ltd. dalam rangka meningkatkan kepemilikannya di PT Bank Danamon Indonesia Tbk. dan PT Bank Nusantara Parahyangan Tbk. senilai total Rp49,6 triliun, investor asing masih mencatatkan aksi jual bersih (net sell) senilai Rp1,35 triliun.

Sementara itu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bertahan di zona hijau sejak dibuka setelah libur Natal.

Pada Kamis (26/12) pukul 11.40 WIB, IHSG terpantau menguat 0,18 persen ke level 6.317. Posisi ini telah melampaui perkiraan sejumlah analis yang mengatakan bahwa IHSG bakal ditutup di kisaran 6.200—6.300 pada akhir 2019.

Adapun saham yang paling banyak diakumulasi investor asing saat ini adalah saham PT Bank Mandiri Tbk. (BMRI), PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA), dan PT Perusahaan Gas Negara Tbk. (PGAS).

Mengutip Bloomberg pada Kamis (26/12), Chief Asia Market Strategist Axitrader Stephen Innes menunjukkan saat ini, likuiditas investor institusi sangat tinggi karena pasokan modalnya melebihi tingkat ekspansi ekonomi.

"Ketika kita mengkombinasikan cash bonanza ini dengan prospek pertumbuhan ekonomi pascapenurunan tarif [impor terkait hubungan dagang AS-China], hal ini akan menjadi dorongan untuk memiliki aset berisiko," katanya.

Adapun fokus investor global sekarang mengarah ke Januari 2020, yang mana AS dan China diharapkan menyempurnakan kesepakatan dagang tahap pertama. Selain itu, investor juga mulai semangat melihat kembalinya tanda-tanda ekspansi manufaktur setelah indeks PMI melemah pada November 2019.

Tabel Aliran Modal Asing di Pasar Saham

PeriodeNet Buy/Sell (Rp miliar)
2 Desember(147,57)
3 Desember17,48
4 Desember(165,34)
5 Desember37,68
6 Desember774,54
9 Desember(55,21)
10 Desember(305,58)
11 Desember(109,68)
12 Desember166,14
13 Desember513,7
16 Desember189,75
17 Desember545,05
18 Desember2.625,26
19 Desember(261,93)
20 Desember2.794,17
23 Desember424,21

Sumber: Bursa Efek Indonesia

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dwi Nicken Tari
Editor : Annisa Margrit
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper