Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasikan Reksa Dana Campuran, Ini Alasan Bos Schroders Indonesia

Schroders menilai IHSG bisa tumbuh sampai 8% pada 2020 dari posisi akhir tahun nanti.
Head of Wealth Management & Client Growth Bank Commonwealth Ivan Jaya (kanan) berbincang dengan Executive Director Charta Politika Yunarto Wijaya (kiri), dan CEO Schroders Indonesia Michael Tjoajadi saat peluncuran aplikasi CommBank SmartWealth, di Jakarta, Kamis (17/1/2019)./Bisnis-Dedi Gunawan
Head of Wealth Management & Client Growth Bank Commonwealth Ivan Jaya (kanan) berbincang dengan Executive Director Charta Politika Yunarto Wijaya (kiri), dan CEO Schroders Indonesia Michael Tjoajadi saat peluncuran aplikasi CommBank SmartWealth, di Jakarta, Kamis (17/1/2019)./Bisnis-Dedi Gunawan

Bisnis.com, JAKARTA - Investor reksa dana disarankan untuk masuk ke reksa dana campuran di tengah kondisi yang masih tak menentu.

Direktur Utama Schroders Investment Management Michael Tjoajadi menyarankan investor untuk masuk ke reksa dana campuran. Hal itu mengingat pasar obligasi yang masih bullish sementara pasar saham berpotensi membaik pada 2020.

“Saya pilih campuran karena [suasana] tidak menentu. Kita harus bisa bergerak di antara itu, jangan di pendapatan tetap semua karena tiba-tiba saham positif nanti terlambat pindah atau di saham semua kalau negatif jatuh lagi,” kata Michael di Jakarta, Rabu (18/12/2019).

Dirinya menjelaskan bahwa optimisme untuk pasar saham pada tahun depan berasal dari eksternal maupun domestik. Dari eksternal, meredanya sentimen perang dagang antara AS—China dinilai akan meyakinkan investor bahwa ekonomi dunia sedang tidak menuju resesi.

Sementara dari dalam negeri, Omnibus Law yang akan diproses pemerintah diharapkan dapat meningkatkan kinerja perusahaan dan emiten serta dapat mengerek EPS.

Dirinya pun optimistis IHSG bisa tumbuh sampai 8% pada 2020 dari posisi akhir tahun nanti. Namun, tingkat inflasi yang masih biasa-biasa saja disebut menjadi tantangan bagi perusahaan untuk dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas.

Oleh karena potensi return yang masih sulit di aset dasar saham pada 2020, Michael berharap tak ada lagi aksi “menggoreng” saham sambil mengacu ke beberapa skandal belakangan ini.

“Kenaikan pendapatan pasti mengikuti tingkat inflasi. Kalau makin efisien, bottom line juga naik dan margin makin tinggi. Inflasi kan tidak banyak berubah, makanya makin sulit mencari return di saham, tapi jangan kemudian menggoreng-goreng saham,” tuturnya.

Untuk saham, Michael juga merekomendasikan saham sektor perbankan, konsumer, dan konstruksi untuk dicermati. Khusus untuk sektor konstruksi, Michael mengingatkan agar investor mencermati sumber pendanaan dari perusahaan konstruksi tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dwi Nicken Tari
Editor : Ana Noviani
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper