Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Upaya OPEC+ Belum Berhasil Angkat Harga Minyak

Berdasarkan data Bloomberg, hingga pukul 16:58 WIB, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) melemah 0,36% atau 0,21 poin ke level US$58,81 per barel.

Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah jatuh pada Selasa (10/12/2019) karena prospek permintaan melambat, menghalau sentimen positif dari kesepakatan OPEC+ soal pemangkasan produksi lebih curam pada awal tahun depan.

Berdasarkan data Bloomberg, hingga pukul 16:58 WIB, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) melemah 0,36% atau 0,21 poin ke level US$58,81 per barel, sedangkan harga minyak mentah Brent turun 0,33% atau 0,21 poin ke level US$64,04 per barel.

Bank ANZ dalam catatannya, Selasa (10/12/2019), mengemukakan bahwa euforia pasar terhadap pemangkasan produksi OPEC+ cuma berumur pendek, karena ekspor China tak terduga jatuh sebagai dampak dari konflik dagang.

Data yang dirilis pada Minggu menunjukkan bahwa ekspor dari China pada November jatuh 1,1% dari tahun sebelumnya, bertolak belakang dengan ekspektasi pasar untuk kenaikan 1%.

Pelemahan itu tiba di tengah gelombang baru dalam perang dagang antara Washington dan Beijing yang menghalang pertumbuhan ekonomi global. Putaran berikutnya dari tarif Washington sekitar US$156 miliar produk-produk China dijadwalkan berlaku pada 15 Desember.

Sekretaris Departemen Pertanian AS Sonny Perdue pada awal pekan ini mengatakan, Presiden AS Donald Trump tak menginginkan implementasi tarif tersebut. Namun, dia menginginkan langkah dari China untuk mengabaikannya.

“Dengan membengkaknya tarif baru yang akan dimulai pada 15 Desember, pasar tengah menanti negosiasi dengan cermat,” kata ANZ.

Sejumlah analis mengatakan, kendati teralihkan, langkah OPEC+ untuk memangkas lebih dalam produksi dari 1,2 juta barel per hari menjadi 1,7 juta bph masih akan menjadi penopang penting bagi harga dalam jangka menengah.

Namun, kenaikan produksi non-OPEC diperkirakan menggagalkan usaha OPEC+ dalam memangkas suplai global. Henning Gloystein, Direktur Energi Global dan Sumber Daya Alam di Eurasia Group mengatakan, meskipun ada pemangkasan sukarela dari OPEC, pasar minyak masih dipasok dengan baik.

“Dengan produksi non-OPEC diperkirakan meningkat lebih dari 2 juta bph pada tahun lalu, dengan kenaikan terbesar dari AS, Brasil, dan Norwegia,” katanya.

Sejak 2017, ketika OPEC dan aliansinya memulai membatasi suplai, produksi minyak AS telah membanjiri pasar dari 8,8 juta bph menuju rekor 13 juta bph baru-baru ini, jumlah itu diperkirakan akan terus bertambah pada tahun depan.

“Ke depan, harga minyak kemungkinan besar menjadi lebih terpaku pada data [produksi], dan bergerak seiring dengan perkiraan permintaan,” kata Margaret Yang, analis pasar di CMC Markets.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dika Irawan
Editor : Ana Noviani
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper