Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Goldman Sachs: Proyeksi Harga Minyak Menguat

Goldman itu merevisi proyeksi harga Brent menjadi US$63 per barel untuk tahun depan dari perkiraan sebelumnya US$60 per barel, juga meningkat perkiraan harga West Texas Intermediate menjadi US$58,5 per barrel dari US$55,5 per barel.
Sebuah pompa minyak terlihat saat matahari terbenam di luar Scheibenhard, dekat Strasbourg, Prancis, 6 Oktober 2017./REUTERS-Christian Hartmann
Sebuah pompa minyak terlihat saat matahari terbenam di luar Scheibenhard, dekat Strasbourg, Prancis, 6 Oktober 2017./REUTERS-Christian Hartmann

Bisnis.com, JAKARTA – Goldman Sachs menaikkan proyeksi harga minyak pada 2020, menyusul persediaan minyak yang lebih ketat usai Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan aliansinya sepakat untuk memangkas lebih dalam produksi kuartal pertama tahun depan.

“Kami meningkatkan proyeksi kami pada 2020,” kata para analis Goldman dalam sebuah catatan seperti dikutip dari Reuters, Senin (9/12/2019).

Bank itu merevisi proyeksi harga Brent menjadi US$63 per barel untuk tahun depan dari perkiraan sebelumnya US$60 per barel, juga meningkat perkiraan harga West Texas Intermediate menjadi US$58,5 per barrel dari US$55,5 per barel.

Para produsen minyak yang dipimpin oleh Arab Saudi dan Rusia, sepakat pada pekan lalu untuk menambah pemangkasan produksi 500.000 barel per hari pada kuartal pertama tahun depan, tetapi menghentikannya setelah Maret.

Bank Wall Street tersebut menyatakan, keputusan itu mengkristalkan perubahan penting dalam perilaku OPEC + untuk mengelola surplus dan defisit fisik jangka pendek daripada mencoba mengoreksi ketidakseimbangan jangka panjang yang melalui komitmen terbuka.

Sementara itu, Goldman merevisi perkiraan penawaran dan permintaan, yang merefleksikan alur produksi OPEC+ yang lebih lemah pada paruh pertama 2020.

“Revisi ini membawa kami untuk memperkirakan keseimbangan yang luas untuk pasar minyak pada 2020, sebanyak 0,3 juta bph lebih ketat dari perkiraan kami sebelumnya.”

Goldman menurunkan perkiraan pertumbuhan minyak sebanyak 50.000 bph, mengutip prospek pemulihan moderat dalam pertumbuhan global, ditopang oleh lebih tingginya belanja konsumen, tetapi masih ada tantangan dalam sektor manufaktur. Bank itu kini memproyeksikan pertumbuhan permintaan pada 0,9 juta bph pada 2019 dan 1,2 juta bph untuk 2020.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dika Irawan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper