Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekspor China Loyo, Harga Minyak Gagal Menguat

Awal pekan yang suram ini datang setelah data bea cukai China pada Minggu (8/12/2019) mengumumkan bahwa ekspor Negeri Panda pada November turun 1,1% dari tahun sebelumnya.
Sebuah pompa minyak terlihat saat matahari terbenam di luar Scheibenhard, dekat Strasbourg, Prancis, 6 Oktober 2017./REUTERS-Christian Hartmann
Sebuah pompa minyak terlihat saat matahari terbenam di luar Scheibenhard, dekat Strasbourg, Prancis, 6 Oktober 2017./REUTERS-Christian Hartmann

Bisnis.com, JAKARTA – Harga acuan minyak mentah melemah pada Senin (9/12/2019), setelah ekspor China tercatat turun dalam 4 bulan berturut-turut.

Berdasarkan data Bloomberg, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) kontrak pengiriman Januari 2020 melemah 0,46% atau 0,27 poin ke level US$58,93 per barel, pukul 14:57 WIB, sedangkan harga minyak mentah Brent turun 0,31% atau 0,20 poin menjadi US$64,19 per barel.

Awal pekan yang suram ini datang setelah data bea cukai China pada Minggu (8/12/2019) mengumumkan bahwa ekspor Negeri Panda pada November turun 1,1% dari tahun sebelumnya, berseberangan dengan ekpektasi kenaikan 1% dalam jajak pendapat Reuters.

Kendati data lain menunjukkan impor minyak mentah China melonjak ke rekor, pasar tetap gelisah bahwa pertikaian dagang AS dan China telah menghambat pertumbuhan global dan permintaan minyak.

“China jelas tidak kebal terhadap tarif dagang AS atau perlambatan yang tersisa pada ekonomi global yang lebih luas,” kata Jeffrey Halley, analis pasar di OANDA seperti dikutip dari Reuters, Senin (9/12/2019).

Washington dan Beijing telah mencoba untuk menyepakati perjanjian dagang yang akan mengakhiri perang tarif. Namun, detail mengenai kunci negosiasi masih menjadi pembicaraan dalam beberapa bulan terakhir.

Asisten Menteri Perdagangan China Ren Hongbin pada Senin (9/12/2019) mengatakan, Beijing berharap sebuah kesepakatan dengan AS dapat terealisasi secepat mungkin.

Penurunan pada Senin juga bertentangan dengan tanda-tanda pada pekan lalu bahwa China melonggarkan sikapnya dalam sengketa perdagangannya dengan AS, mengkonfirmasi penghapusan tarif impor untuk beberapa pengiriman kedelai dan babi.

Kesepakatan OPEC+

Selain itu, pelemahan harga minyak juga mengakhiri laju yang cepat dalam beberapa sesi sebelumnya karena ekspektasi kesepakatan pembatasan produksi OPEC+.

Pada Jumat (6/12/2019), OPEC+ sepakat untuk memperdalam pengurangan produksi dari 1,2 juta barel per hari menjadi 1,7 juta bph, merepresentasikan sekitar 1,7% dari produksi global.

Goldman Sachs dalam sebuah catatan menyebutkan, keputusan tersebut merealisasikan perubahan penting dalam strategi mengelola ketidakseimbangan fisik jangka pendek, daripada mencoba untuk memperbaiki ketidakseimbangan jangka panjang melalui komitmen terbuka.

Namun, produksi AS telah melonjak sejak pemotongan OPEC + pertama kali diperkenalkan pada 2017 dalam upaya untuk mengeringkan kelebihan pasokan yang telah lama membebani harga. Produksi Amerika telah meningkat bahkan ketika jumlah bor menurun, mencerminkan ekstraksi sumur yang lebih efisien.

Perusahaan jasa energi Baker Hughes mengatakan dalam laporan pengeboran mingguan yang diawasi ketat pada pekan lalu, jumlah pengeboran AS turun dalam seminggu hingga 6 Desember.

Perusahaan pengeboran memotong lima rig minyak, meninggalkan total 661, terendah sejak April 2017.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dika Irawan
Editor : Ana Noviani
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper