Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Makin Perkasa di Awal Pekan

Nilai tukar rupiah menunjukkan keperkasaannya di hadapan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan awal pekan ini, Senin (9/12/2019), sekaligus menuju penguatan hari kelima berturut-turut.
Ilustrasi uan tunai rupiah. (Antara)
Ilustrasi uan tunai rupiah. (Antara)

Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah menunjukkan keperkasaannya di hadapan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan awal pekan ini, Senin (9/12/2019), sekaligus menuju penguatan hari kelima berturut-turut.

Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah di pasar spot dibuka menguat 33 poin atau 0,24 persen di level Rp14.005 per dolar AS pada pukul 08.18 WIB dari level penutupan perdagangan sebelumnya.

Pada perdagangan Jumat (6/12) rupiah ditutup di level Rp14.038 per dolar AS dengan apresiasi sebesar 30 poin atau 0,21 persen, penguatan hari perdagangan keempat berturut-turut.

Penguatan rupiah pagi ini juga merupakan yang terkuat di Asia, disusul oleh won Korea Selatan yang menguat 0,08 persen terhadap dolar AS pada pukul 08.43 WIB.

Sementara itu, indeks dolar AS yang melacak pergerakan greenback terhadap sejumlah mata uang utama terpantau terkoreksi 0,009 poin atau 0,01 persen ke level 97,691 pada pukul 08.34 WIB.

Indeks dolar AS sebelumnya dibuka menguat tipis 0,002 poin ke level 97,702, setelah pada akhir perdagangan Jumat (6/12) ditutup menguat 0,29 poin atau 0,3 persen ke level 97,700.

Pergerakan dolar AS tertahan oleh kekhawatiran tentang eskalasi dalam perang dagang AS-China, meskipun mendapat dorongan dari data tenaga kerja AS yang positif.

Data non-farm payroll AS meningkat 266.000 pekerjaan bulan lalu, kenaikan terbesar dalam 10 bulan terakhir. Sementara itu, tingkat pengangguran kembali turun ke level 3,5 persen, level terendah dalam hampir setengah abad.

Data tersebut menunjukkan perang dagang yang telah berlangsung selama lebih dari 17 bulan antara pemerintahan Trump dengan China, yang telah menjerumuskan manufaktur ke dalam resesi, belum meluas ke ekonomi AS.

Namun, para investor khawatir hal tersebut dapat berubah jika ketegangan perdagangan meningkat lebih lanjut, terutama jika Trump meneruskan rencana tarif pada beberapa produk bernilai US$156 miliar dari China mulai 15 Desember.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper